Tuda Myy!

2.9K 404 9
                                    

Mobil yang dikemudikan oleh Arkan berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit. Dengan sigap, Arkan keluar dari kursi pengemudi dan bergegas menuju pintu belakang untuk membukakan pintu penumpang belakang, di mana Irene duduk.

Srek,,,

"Terima kasih," Irene.

"Sama-sama Miss," Arkan.

Irene keluar dengan langkah cepat, mengucapkan terima kasih kepada Arkan. Dia segera melangkah masuk ke dalam rumah sakit dengan hati yang penuh kekhawatiran, memikirkan Lily, kesayangannya yang sedang koma. Sementara itu, Arkan memarkirkan mobil terlebih dahulu sebelum kembali menjaga bos kecilnya dari luar ruangan.

Irene tiba di meja administrasi dan disambut ramah oleh petugas administrasi. Dengan cemas namun tetap sopan, Irene langsung menanyakan keberadaan ruangan tempat kesayangannya, Lily, dirawat.

"Permisi, saya mencari ruangan di mana putri saya, Lily, sedang dirawat. Bisakah Anda memberitahu saya di mana ruangannya?" tanya Irene to the point tidak ingin membuang-buang waktu, karena secepatnya ingin melepas rindu dengan kesayangannya itu.

"Tentu, Miss. Saya bisa membantu Miss. Ruangan untuk pasien bernama Lily adalah ruangan VVIP nomor 327, berada di lantai tiga, di sebelah koridor utama. Miss bisa naik lift di sebelah sana dan langsung menuju ke lantai tiga," jawab petugas administrasi dengan ramah dan sopan.

Irene mengangguk sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih banyak atas bantuannya."

"Tidak masalah, Miss. Semoga keluarga Miss, segera pulih. Kalau Miss butuh bantuan apa pun lagi, jangan ragu untuk bertanya dan minta pada kami," petugas administrasi.

Dengan informasi yang diberikan oleh petugas administrasi, Irene merasa lega dan segera menuju lift untuk naik ke lantai tiga. Hatinya dipenuhi dengan harapan bahwa dia akan segera bertemu dengan kesayangan yang sangat dia rindukan.

***

Di dalam ruangan yang hening, Jennie duduk di samping kasur tempat putrinya terbaring koma. Air mata terus mengalir di pipinya saat dia memandangi wajah putrinya yang damai dalam tidurnya yang tak berkesudahan. Tatapannya tidak pernah lepas dari wajah drakula kecilnya, seolah mencari tanda-tanda kebangkitan atau setidaknya sebuah gerakan kecil yang menunjukkan bahwa putrinya mungkin akan bangun.

Jennie memegang tangan putrinya dengan lembut, menyentuh kulit yang hangat dengan harapan akan merasakan sedikit gerakan atau respons darinya. Meskipun dia tahu bahwa putrinya saat ini tidak dapat mendengar atau merasakan kehadirannya, keberadaannya di sana adalah bentuk cinta dan dukungan yang tak tergantikan.

Dia berdoa dengan tulus, memohon kepada Tuhan agar mengembalikan kehidupan dan kesehatan kepada putrinya yang tercinta. Dan meskipun air mata terus mengalir, keberadaannya di sana adalah tanda dari cinta seorang mommy yang tak berujung.

"Drakula kecil mommy belum mau bangun, sayang? Mommy sudah sangat merindukan dan menantikan baby!"

"Mommy janji akan lebih menjaga baby! Mommy janji baby tidak akan berakhir seperti ini lagi, sayang! Mommy janji akan terus memberikan baby banyak kebahagiaan dan cinta, hingga baby menangis bukan atas dasar kesedihan!"

"Bagun yuk, cintanya mommy! Baby terlalu banyak hutang ciuman dan pelukan pada mommy. Bangun yuk, drakula kecil mommy! Mommy rindu!" lirih Jennie dengan memberikan ciuman lama di punggung tangan putrinya.

Chup,,,

Saat Jennie memberikan ciuman lembut di punggung tangan putrinya, sebuah keajaiban terjadi. Drakula kecil Jennie memberikan respons yang tak terduga, dengan gerakan perlahan di jemarinya. Hati Jennie berdebar kencang dalam kegembiraan dan harapan yang tak terkira. Kedua mata Jennie memancarkan kebahagiaan yang tidak terkatakan ketika dia merasakan gerakan itu, tak percaya akan apa yang baru saja dia lihat.Dengan segera, Jennie tersadar dan merasakan gerakan di jemarinya. Tanpa ragu, dia segera menekan tombol panggilan yang terhubung langsung dengan dokter.

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang