BAB 9

1.5K 129 6
                                    

Setelah menikah, banyak hal yang ingin di kerjakan sebagai pasutri baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menikah, banyak hal yang ingin di kerjakan sebagai pasutri baru. Mungkin membeli rumah untuk berdua, menghabiskan waktu berdua..dan ada kalanya mereka berdua mengharapkan kehadiran seorang anak.

Sae dan (Name) telah melakukannya. Mungkin, gelar ayah dan ibu sebentar lagi ada di telinga mereka. Suara tangisan yang akan meributkan rumah, suara (Name) sebagai ibu yang membangunkan anak-anaknya untuk sekolah , serta suara Sae yang terdengar lesu saat pulang dari kantor.

Mungkin.. suara itu sebentar lagi akan terdengar.

•••

POV Sae .

Aku membuka mataku dengan perlahan-lahan. Mengucek kedua mata dan bangun dari tidurku. Cakaran yang ada di punggungku masih terasa perih. Aku melihat kearah jendela yang disana menampakkan cahaya matahari sudah redup.

Aku melihat kearah jam yang ada di dinding dan itu sudah menunjukkan pukul lima sore. Aku melihat ke sampingku. Istriku, (Name) tertidur pulas. Leher mulusnya sudah ku buat menjadi merah-merah. Rambutnya juga berantakan.

Selimut itu menutupi seluruh tubuhnya dan hanya terlihat tangannya yang ada di atas kepalanya. Memang gaya tidurnya berubah-ubah sesuai mimpinya.

Aku berdiri dari dudukku dan mengambil handuk. Melilitkan handuk di pinggangku sambil melihat kearah jendela. Mungkin ini mau hujan, pikirku.

Tanganku mengambil baju-baju yang ada di lantai dan memasukkannya kedalam tumpukan baju kotor lainnya.

Aku kembali duduk dekat dengan posisi tidur (Name). Kepalaku bergerak untuk mendekati kearah wajahnya dan bibirku akhirnya menempel di pipi kanan istriku.

Pipinya masih terasa basah karena istriku menangis sepanjang permainan. Bibirku mengukir senyuman dan mengelus rambut istriku.

"Apa kita berdua siap mendengar tangisan bayi?" ucapku untuk istriku

Tanganku yang jenjang serta dengan kulit putih mengelus pipi istriku. Iris mataku melihat wajah istriku dengan tulus. Aku menyukainya... mungkin sejak enam tahun? Tangisannya yang dulu.. membuatku candu.

Cara istriku berbicara juga aku menyukainya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki hanya aku yang boleh menyentuhnya. Kulit mulus itu tak ada yang boleh pegang selainku.

Aku sempat melepasnya hingga enam kali. Bagaimana aku tidak nafsu melihat tubuh istriku yang seperti ini? Istriku benar-benar cantik. Seperti bidadari yang memang di ciptakan untukku.

Hitam dan putih, cahaya dan bayangan.

Akulah hitamnya, dan istriku putihnya. Akulah bayangannya, dan istriku cahayanya. Seperti seorang iblis yang di kutuk dengan kegelapan , lalu datanglah istriku seperti cahaya yang memelukku.

𝐂𝚰𝐍𝐓𝐀 𝐊𝚰𝐓𝐀 : Sae Itoshi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang