(18) Bujukan

8 4 0
                                    

___________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Menepi, Tanu biarkan mobil yang sejak tadi menemaninya menyibak kemacetan itu berhenti di sisi parkiran Cream Art. Toko dengan nuansa hangat dan oranye itu penuh sekali, selain karena hari ini adalah grand openingnya, segala menu yang Cream Art sediakan pas dengan semua kalangan, termasuk dirinya yang sangat menyukai black forest di sana.

Tanu sampai sekitar pukul setengah enam, saat itu hujan deras menahannya tetap di dalam mobil, tangannya terjulur meraih ponsel di kursi lain untuk menghubungi Aretha, karena kedatangannya tidak lain hanyalah untuk menjemput cewek itu. Tanu baru saja membuka ponsel saat seseorang mencoba membuka paksa pintu mobilnya dari arah luar, ia terjingkat kaget mendengar bunyi handle pintu yang ditarik-tarik kasar namun lebih kaget lagi ketika tahu siapa yang melakukannya.

"Ya ampun Aretha." Buru-buru Tanu buka kunci yang bisa ia kendalikan dari kursi kemudi, sesaat setelah Aretha berhasil masuk, pukulan pelan ia terima beberapa kali di lengan kirinya.

"Kenapa lama banget sih bukanya, aku jadi basah kuyup." Omel Aretha menepuk-nepuk kemeja yang basah hampir sebagian.

"Aku ga tahu kamu nekat, kenapa ga telfon aku bisa jemput pa─"

"Tanu aku udah telponin kamu dari tadi."

Tanu menunduk untuk mengecek ponselnya, matanya membulat mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Aretha, bibirnya menyunggingkan senyum kecil. "Oh iya ... "

Aretha tak menanggapi, bibirnya masih memberengut dengan tangan yang tidak berhenti mencoba mengeringkan bagian kemejanya yang basah.

"Maaf ya," Tanu menarik beberapa lembar tisu, ia serahkan sebagian untuk Aretha dan sebagian lagi untuk dirinya membantu mengeringkan bagian rambutnya. "Kamu mau cari baju ganti dulu?"

"Ga perlu, aku pengen tidur aja sampai rumah." Ucapnya. "Boleh, kan?"

Tanu mengangguk. "Boleh, nanti aku bangunin sampai rumah."

Hujan masih setia turun dengan deras, beruntungnya kemacetan yang tadi sempat menahan Tanu saat berangkat, kini tidak lagi menghalangi perjalanannya, mobilnya bebas melenggang melewati jalan besar, mendahului beberapa mobil lain yang berjalan pelan lalu tertahan oleh lampu lalu lintas. Tanu menoleh, hawa dingin dan lelah membuat sosok di sampingnya berhasil larut bersama mimpi dalam sekejap, Aretha terlelap, kepalanya jatuh bersandar pada kursi yang sedikit dimundurkan.

Tanu menoleh lagi sesaat setelah mobilnya kembali harus terhenti oleh lampu lalu lintas, ia pandangi wajah Aretha yang sedikit lusuh karena tidak berhenti beraktivitas sejak pagi, tangan Tanu terjulur, menyingkirkan rambut Aretha yang menghalangi wajah, sekali lagi ia tatap wajah itu. "Cantik ... " Katanya.

Aretha memiliki dua tahi lalat kecil, satu ada di bawah pangkal mata kirinya, satu lagi tepat berada di pipi kirinya. Tanu suka sekali jika Aretha sudah mencepol rambut, karena saat itu dua tahi lalatnya akan terekspos dengan jelas, Tanu menyukainya sejak lama.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang