(17) Cream Art dan janji

7 4 0
                                    

__________________________

Tidak selalu duduk sendiri itu kesepian, karena kali ini Aretha tengah menikmati tenang yang membuatnya memiliki banyak waktu untuk kembali menata isi pikirannya yang berantakan. Angin berhembus sedang, menyapa rambut Aretha, mengusap pipinya yang baru saja terekspos karena kini rambut panjangnya beterbangan ke belakang.

Kali ini Aretha memenuhi ajakan Mama untuk menemaninya membuka satu cabang baru, menambah satu outlet Cream Art di kawasan Jakarta Selatan. Setelah seharian penuh ia diberondongi dengan berbagai aktivitas seperti melayani pembeli atau mengajari karyawan baru mengenai pembuatan kue, Aretha memilih untuk memisahkan diri dari keramaian, hingar bingar yang berada di lantai satu, Mama dan beberapa kolega atau Ibu-Ibu arisan itu, Aretha meninggalkannya.

Satu tangannya menarik secangkir rosella tea dari atas piringan kecil, berbeda dengan Lattetha yang memiliki banyak menu seperti veggie food, pastry, berbagai minuman dan banyak camilan ringan, Cream Art yang menjadi usaha Mama ini lebih fokus pada cake dan berbagai macam teh, dan rosella tea adalah minuman favorit Aretha hingga saat ini.

Aretha masih berusaha menyendok satu potongan kue red velvet saat seseorang menyusulnya naik ke lantai dua. Tubuhnya bergerak menoleh, dan ia temukan Tante Ratih tengah berjalan ke arahnya dengan satu tangan yang memegang bucket bunga tulip, wanita itu tersenyum.

"Hai," sapanya dengan raut wajah yang selalu terlihat berbinar. "Apa kabar sayang?"

Aretha bangkit untuk menyambut, menerima peluk hangat dari Tante Ratih yang mengusap-usap punggungnya. "Baik, Tante."

Keduanya duduk saling berhadapan, kebetulan lantai dua dibangun dengan tema outdoor jadi tidak ada pendingin ruangan, mereka hanya mengandalkan angin yang sejuk membelai kulit.

"Tante sendiri apa kabar? Lama banget ga ketemu."

"Oh ya baik dong, Tante jalan-jalan terus jadinya bahagia." Ucap wanita yang pernah berkata ingin menjadikan Aretha anak perempuannya karena ia hanya memiliki satu anak laki-laki. Dialah Tanu Adnan. "Maaf ya Tante telat, padahal Mama kamu sudah kabari kalau openingnya pagi eh Tante malah lupa sampe sore."

Aretha menggeleng. "Ga apa-apa," ia sentuh punggung tangan Tante Ratih yang sejak tadi terulur menggenggam tangannya. "Tante datang aja pasti Mama udah senang."

Tante Ratih tersenyum menyetujui, karena di bawah tadi ia sudah menyampaikan alasan keterlambatannya pada yang lain, dan mereka tampak tidak mempermasalahkannya.

"Aretha, tadi Tante lewatin toko bunga pas mau kesini dan Tante ingat kamu suka banget sama tulip," Tante Ratih menyodorkan buket yang penuh dengan bunga tulip segar, dan Aretha buru-buru menerimanya. "Semoga kamu suka, Tante pilih yang paling segar."

"Tante ini bagus banget, makasih."

Wanita yang memakai maxi dress bermotif floral itu kembali merangkup tangan Aretha, lama ia usap punggung tangannya. Sorot mata sendunya intens terarah pada Aretha seakan-akan ia akan mengucapkan sesuatu yang mungkin akan membuat Aretha kecewa.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang