(28) Pulang

18 3 2
                                    

_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________

Lembayung langit memberikan kesan hangat saat Tanu melewati koridor bandara, jauh di sana ada yang melambaikan tangan, menyambut kedatangan Tanu dengan senyuman, merekah, tampak bahagia sekali.

Mama, wanita yang berpotongan rambut sebahu itu menenggelamkan diri pada tubuh besar anaknya yang sudah dua tahun ini jauh dari jangkauannya, ia menangis tersedu-sedu merasakan rindu yang menjalari hatinya. Selama ini Mama sering datang ke Jerman namun hanya menemukan apartemen kosong karena Tanu yang terlalu sibuk untuk bertemu, atau jika sempat bertemu pun biasanya tak akan lama.

"Mama rindu sekali," adunya, wanita itu masih berada di pelukan Tanu sembari mengusap-usapkan kepala di atas dada anaknya. "Tanu kamu kenapa berubah jadi kurus, kapan terakhir Mama ke Jerman, kamu makan dengan baik kan?" Mama menggelontorkan banyak pertanyaan, membuat Tanu dan Papa yang tengah mengusap pundaknya tersenyum mengerti.

"Ma ... " Tanu mendorong pelan tubuh Mama dari peluknya, meneliti wajah yang masih basah itu sembari mengusap sisa air mata yang ada. "Emang sejak kapan aku gemuk?"

Pandangan Tanu beralih ke belakang, mencari sosok lain yang sejak tadi belum ia temui. Mungkin saja ia ada diantara puluhan orang yang berkerumun di belakang, atau ia tengah menunggu Tanu memeluknya juga, namun hingga pandangan Tanu bergerak menjauh, ia tidak menemukan orang itu dimana-mana.

"Aretha mana, Pa?" Tanu menatap Papa penuh harapan, andai Aretha tidak datang, Tanu ingin alasan yang tidak membuatnya terluka.

Namun Papa malah memberi respon heran. "Aretha ga bilang kalau dia terbang ke Bali hari ini?"

"Bali?"

"Katanya ada urusan mendadak."

Tanu mendelik tak percaya. "Kapan?"

"Malam ini, untuk pastinya Papa juga ga tanya."

Tanu seperti baru saja kehilangan semangat yang tadi sempat menyala-nyala, tatapnya nyalang kemana-mana berharap dari arah tertentu Aretha datang menemuinya, meminta maaf atas keterlambatannya. Namun hingga ia akhirnya mengangkat kaki dan pergi dari Bandara, wanita itu tidak datang sama sekali.

Tanu mencoba menghubungi Aretha tentu saja, beberapa kali ia mencoba menelfon namun sama sekali tidak mendapat respon, wanita itu seakan-akan baru saja menguap dan menghilang begitu saja.

Pukul tujuh malam Tanu sampai di rumah, Mama turun lebih dulu untuk menyuruh Tanu masuk dan membiarkan asisten rumah tangga yang memasukkan kopernya ke dalam. Tanu berjalan limbung, ia menaiki tangga gontai seakan seseorang baru saja mencabuti ototnya satu persatu. Masih dengan ponsel yang ada di tangannya, Tanu tidak menyerah mencari keberadaan Aretha, menghubungi siapa pun yang bisa dihubungi termasuk Anzi, mungkin saja wanita itu tahu dimana Aretha berada.

"Anzi?" panggil Tanu ragu setelah bunyi sambungan panjang akhirnya dijawab, ia rikuh karena sudah lama sekali ia tidak bicara dengan wanita itu.

"Iya. Tanu, ya?" suara itu membuat Tanu tersenyum, sepertinya Anzi masih menyimpan nomornya. Tanu melemparkan tubuhnya ke atas ranjang setelah sejak tadi hanya berdiri khawatir.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang