(26) Berangkat

9 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kalian dapat salam dari Tanu Adnan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kalian dapat salam dari Tanu Adnan)

______________________________


Langit keabuan yang bergerak makin rendah menemani laju mobil di jalanan yang senggang. Aretha ada di salah satu mobil yang berbaris itu, ia duduk di kursi penumpang bersama Tanu yang tengah fokus menyetir. Ia menoleh, menemukan kursi belakang yang sudah tak memiliki ruang, penuh oleh koper.

Aretha kira ia sudah cukup mampu, ia kira akan lebih tenang dan menerima, tapi saat ia menatap siluet wajah Tanu dari samping, tangisnya kembali jatuh, menangis ia dalam diamnya. Aretha membuang pandangannya ke sisi lain, di luar sana pepohonan tampak seperti ditarik ke belakang, pelan lalu saat berubah cepat Aretha menjadi khawatir waktu akan datang merenggut, sebelum ia berhasil melakukan apa-apa. Hari itu akhirnya benar-benar terjadi, ia akan mengantarkan Tanu pergi meneruskan pendidikannya ke Jerman.

Sakit?

Andaikan sakit itu menjadi benda, atau sakit itu bisa terdengar tanpa diutarakan, mungkin saat ini Aretha akan terlihat terseok-seok sendirian. Ia diam, memilih tidak membahas apa-apa sepanjang perjalanan karena takut akan kesepian saat nanti ia harus pulang sendirian.

Aretha takut ia menjadi sangat rindu, takut ternyata rindu tidak lagi bisa diatasi sendiri, semuanya terasa mengerikan, bagaimana jika saat kembali nanti, ternyata Tanu tidak lagi menginginkannya lagi. Isi kepala Aretha penuh hingga terasa hampir meledak, air mata berdesak-desakkan memburamkan pandangannya. Kenapa, rasanya sesedih ini.

"Kita sampai." Aretha mengangkat pandangannya, menemukan bangunan dengan batangan besi yang menopang bagian atapnya. Diantara mereka banyak mobil lain yang terparkir, sebagian mulai keluar dari barisan dengan wajah senang, namun sebagian juga terlihat kalut, lesu, tidak memiliki senyum sama sekali.

Aretha melangkah, melewati baris-baris orang yang saling memeluk, saling melambaikan tangan, ada juga yang duduk gelisah. Perpisahan adalah hal paling menyedihkan, satu adegan hidup yang sebenarnya paling Aretha tak ingin lalui, karena menjadi jauh bukan hanya mengenai jarak. Ada kebiasaan yang turut berubah, ada fisik yang tak bisa lagi saling menyentuh, ada rindu yang selalu tidak tahu waktu.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang