(15) Friendzone?

9 3 0
                                    

_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________

Disinilah Aretha sekarang, duduk bersama tiga orang yang mengitari ranjangnya. Dua diantaranya saling melirik seolah-olah sebentar lagi kedua matanya akan mengeluarkan aliran listrik dan menyerang satu sama lain.

Tadi, sesaat sebelum Tanu sampai, Andrew tiba-tiba mengunjunginya, membawakan buah-buahan dan bubur kacang hijau. Aretha tidak mempermasalahkan kedatangan Andrew hanya saja sepertinya kini cowok itu benar-benar dalam masalah serius dengan Tanu.

"Tadi sebelum pulang Papa sempat mampir Lattetha," Papa menjadi satu-satunya yang duduk di samping Aretha, tangannya naik mengusap puncak kepala anaknya yang diperban. "Papa titipin kuncinya sama Anzi, kebetulan Cream Art hari ini juga ga buka Mama ga akan pulang dari sini."

Aretha tersenyum. "Ban Papa udah diganti?" tanyanya yang mendapat gelengan singkat.

"Belum."

"Nanti aku panggilin tukang ganti ban," suara itu menyela, membuat semua tatap terarah padanya. Andrew mengeluarkan ponsel dari saku celana, jemarinya bergerak cepat di atas layar. "Kebetulan aku ada langg—"

"Kelamaan." Tanu mengalihkan tatapan Aretha. "Aku bisa ganti ban, Om ada cadangannya kan?"

Tidak ada penolakan, Papa tentu saja mempersilahkan jika ada yang sukarela membantu, seperti biasa ─tidak mau rugi─, Papa akan menerima bantuan apapun yang bersifat gratis.

Mama baru saja melangkahkan kakinya masuk kembali ke ruangan Aretha. Tak lama setelahnya Papa dan Tanu bergegas keluar, Andrew tentu saja mengekor, mereka mengayunkan langkahnya buru-buru entah apa yang dikejar.

"Pada mau kemana?" Mama baru saja selesai mandi, beberapa helai rambutnya terlihat basah.

"Mau ganti ban mobil Papa katanya."

"Rame banget ganti ban doang."

Aretha mengangkat dua bahunya, ia kembali menggigit potongan pie yang masih tersisa. "Menurut Mama, Andrew gimana?"

"Anak yang tadi?" Mama mengecek perban Aretha, memastikan tidak ada darah yang merembes seperti tadi pagi. "Gimana tuh apanya? Gantengnya atau sikapnya?"

"Ya dua-duanya, apa aja komentar Mama."

Mama mendengus, ia bergerak duduk di kursi yang ada di samping ranjang Aretha. "Dia bule lho, Ret. Kalau Mama bilang ga ganteng ya namanya mata Mama ga sehat."

"Tapi ... ?"

"E ... Mama tuh udah terlanjur berharap kamu nanti sama Tanu aja gitu lho," Mama tertawa geli dengan ucapannya sendiri. "Jadi Mama kecewa ada cowok lain yang kamu kenalin ke Mama selain Tanu."

"Astaga Ma."

"Tapi kamu suka kan sama salah satunya?"

"Apa sih?" Aretha bangkit, turun dari ranjangnya dengan tangan yang menyeret tiang infus, langkah kecil membawanya mendekati jendela. Dari lantai dua ia bisa melihat mobil Papa terparkir, Tanu adalah satu-satunya yang sedang berjongkok melepaskan ban lama, mengangkatnya lalu diganti dengan ban yang baru. Cowok itu tampak biasa dengan peralatan yang ia gunakan, ia menyelesaikannya dalam waktu kurang dari lima menit.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang