(31) Jangan ganggu lagi

11 4 0
                                    

_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________________________

Hari ini Selasa pagi, Tanu sudah berada di area kampus sejak tiga puluh menit yang lalu, di depannya ada teh chamomile hangat yang tersisa separuh, meninggalkan kesan dingin di pertengahan musim gugur. Ada laptop yang menyala, menampilkan baris-baris kata baku, Tanu menggeleng sesekali untuk kemudian memijat pangkal hidungnya, frustasi.

Teh chamomile dingin kembali ia sesap, rasanya sama, hanya saja kini tidak menghangatkan, tidak memberi kepulan asap yang menyegarkan, teh chamomile hanyalah teh dan akan tetap menjadi teh, namun siapa yang pertama memperkenalkannya dan bagaimana rasa teh buatannya yang jauh berbeda dengan teh yang ia minum di sini membuat Tanu kembali tertunduk.

Aretha Selfy.

Nama itu masih tersemat di salah satu sudut tampilan ponselnya, Tanu sengaja menaruh nama itu di sana, ada emoticon berbentuk hati berwarna biru, lalu di belakangnya, di layar utamanya ada foto manis wanita yang sudah lebih dari satu tahun ini sama sekali tidak ia tahu kabarnya.

Tidak apa-apa. Tanu hanya sangat rindu.

Tanu mengusap layarnya yang menyala dengan ibu jari, halamannya bergeser, menampilkan beberapa bar menu, dan seakan-akan tahu bahwa Tanu tengah begitu senggang, sebuah notifikasi turun dari layar, berkali-kali, menampilkan nomor baru yang mengiriminya pesan yang berentet. Sebenarnya, sejak Aretha menghilang dari kehidupannya, semenjak wanita itu seperti musnah begitu saja, Tanu sangat enggan berlama-lama memegang ponselnya, membalas chat yang masuk apalagi menerima sebuah panggilan. Namun pria itu seolah-olah bergerak tanpa sadar menekan aplikasi chat berwarna hijau di tengah layar, membaca chat dari nomor baru yang masuk, dan detik berikutnya, ia tercekat.

+62 819 **** ****

Hai Tanu, ini aku Aretha.
Apa kabar? Aku berharap kamu baik-baik aja dan selalu bahagia.
Hmm, apa aku masih boleh melanjutkan?
Aku sangat takut menghubungimu dan mungkin membuat seseorang marah.
Tapi aku hanya ingin memberi tahu kalau aku.
Baik-baik saja.
Tanu maaf.
Maaf karena aku menghindar, maaf karena aku tidak mendengarkan kamu dulu.
Aku bukan ingin menarik ulur kamu, tapi aku hanya tidak ingin kamu bertanya-tanya mengenai keadaanku.
Aku ikhlas, apapun yang akan terjadi saat kamu kembali nanti, apapun kita pada akhirnya.
Ayo tetap menjadi teman, sahabat.
Sukses di sana ya, Tan. Sampai bertemu lagi.

Tanu buru-buru menekan tanda telpon yang ada di pojok atas layar, menempelkannya di telinga untuk beberapa saat mendengar bunyi sambungan yang panjang, satu kali, dua kali dan setelahnya Tanu harus terhenyak oleh kedatangan Jasmine yang mengagetkannya dari arah belakang. Ponsel Tanu terkulai turun dari telinga.

"Are you nuts?" Tanu memekik marah, sekarang bukan hanya ponselnya yang merosot namun juga teh yang masih setengah di depannya baru saja tumpah dan membasahi laptop dan buku-bukunya. Tanu berdiri, menaruh ponselnya menelungkup lalu mengangkat laptop yang meneteskan air dari sela-sela tombol keyboard.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang