(10) Rindu

13 3 0
                                    

🌼Wish you were here🌼By : Avril Lavigne

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼Wish you were here🌼
By : Avril Lavigne



-----

"Lo pernah suka sama Hanung?"

Naraya menahan tawanya satu detik setelah Aretha menyelesaikan kalimatnya, ia membuang pandangannya ke sisi dinding, mendapati rumput bergoyang-goyang di sana seakan ikut menertawakan.

Sudah hampir setengah jam Aretha bertahan di kursi taman belakang bersama Naraya yang setia menemaninya, meninggalkan segala persiapan untuk ulang tahun Hanung. Anzi baru saja kembali masuk ke dalam cafe setelah tadi sibuk mengobati kaki Aretha yang tergores pecahan kaca.

"Pernah," aku Naraya membuat Aretha menoleh kasar, melotot. "Makanya Sekala ga suka banget sama Hanung melebihi ga sukanya sama Bervan." Ia terkekeh, mungkin benar kata orang jika kita sudah bisa melupakan sesuatu yang menyakiti kita maka kita akan menertawakannya ketika menceritakan kembali.

Aretha tahu kalau dari awal semuanya memang sudah sangat sulit, dan ia membiarkan perasaan itu muncul dan membesar tanpa sekalipun mencoba memangkasnya. "Pada akhirnya lo akan lupa sama perasaan lo kan?"

"Ya ... begitulah."

"Gue ga tahu kapan tepatnya, tapiー"

Naraya memotong. "Emangnya lo pikir gue tahu kapan tepatnya gue suka Bervan?" tangannya terulur menangkup dua tangan Aretha, menepuknya sekali sebelum menaikkan pandangannya menatap dua mata Aretha yang bermanik coklat. Ia menggeleng. "Engga Ret, semuanya tiba-tiba aja terasa sakit pas ga sesuai harapan kita, gue bahkan ga tahu kapan harapan itu tumbuh."

Benar. Aretha tahu bagaimana dulu Naraya menghindari Bervan, susah payah ia mencoba mengusir Bervan dari hidupnya namun saat cowok itu pergi, Naraya kesulitan mengatasi sakit hatinya.

"Intinya begini, suka sama seseorang itu ga dosa kok." Asal tidak merusak kebahagiaan orang lain, menabur garam di atas luka orang itu tidak boleh. "Biarin aja rasa suka lo itu jadi kenangan buat lo, ga peduli akhirnya kalian bersatu atau engga itu udah urusan Tuhan, ngga sih?"

Sudut bibir Aretha tertarik. Kisah cintanya tidak serumit Naraya tapi kenapa sekarang ia merasa menjadi orang paling punya masalah di dunia. "Gue konyol ga sih, Ra?"

"Iya. Lo konyol. Konyol banget sampai masalah cowok aja bisa bikin lo kaya kerasukan setan kaya tadi. Lo serem banget, Ret." Naraya mencebik, melepaskan tangannya dari Aretha. "Itu ga mungkin lo bisa lakuin kalau lo dalam keadaan sadar sih. Secara itu vas harganya satu juta."

Senyum itu longsor tiba-tiba. "Iya ya, harusnya tadi gue banting balon aja ya yang murah dan anti pecah."

Keduanya larut menatap taman kosong berukuran dua meter yang masih dipenuhi rumput liar. Sudut yang oleh penghuni sebelumnya dijadikan sebagai lahan jemur pakaian itu saat ini masih tidak tahu akan Aretha apakan, ukurannya terlalu kecil untuk ditambahi dua meja tapi terlalu lebar jika hanya diisi oleh satu meja, jadi selama setahun ini sudut kosong yang tak beratap itu dibiarkan kosong, sekat kacanya ditutupi oleh tirai lalu di isi oleh beberapa vas raksasa agar tidak dibuka-buka.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang