(8) Menjauh

15 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aretha tidak pernah menyangka jika kehidupan yang selama ini ia jalani, berdampingan terlalu dekat dengan Tanu, dan ketika pada akhirnya Tanu memilih jalan hidupnya yang baru, Aretha juga harus memperbarui kehidupannya. Seperti pagi ini, ia sedang menjejaki trotoar yang riuh terisi candaan saat mobil SUV hitam milik Bervan melaju tepat di sampingnya lalu berhenti tak jauh beberapa meter dari gerbang.

"Ret?" sosok dengan rambut panjang yang di kuncir itu keluar dari mobil penumpang. Naraya berjalan menghampiri Aretha yang bergerak semakin lembat.

"Ngapain turun?"

Naraya mencebik. "Harusnya gue yang tanya duluan, kenapa lo jalan kaki? Tanu kemana?"

Mungkin, setelah yang Tanu ceritakan kemarin, tentang hubungannya dengan Arura, akan membuat Aretha akan pelan-pelan mengubah kebiasaannya yang menyangkut Tanu. Namun tentu saja Aretha tidak akan secepat itu menceritakan semuanya pada Naraya tidak peduli seberapa dekat persahabatan keduanya. Jadi ia hanya mendengus, mengalihkan pandangnya ke arah lain sembari tersenyum.

"Gue bakal cerita deh, tapi kayanya ga sekarang juga. Gue ga pengen merusak mood gue hari ini." Baiklah, Aretha berhasil memungkaskan kalimatnya tanpa membuat suaranya bergetar. Dan beruntungnya Naraya juga tidak mempermasalahkannya.

Sekitar lima ratus meter lagi keduanya akan menemukan gerbang berwarna hijau tua yang menjadi pembatas sekolah dan jalan raya. Aretha menundukkan kepala saat melewati pos security.

"Kemarin, gue sama Bervan nyoba cari referensi kampus." Lalu Naraya melakukan hal yang sama sebelum akhirnya bergerak semakin dekat dengan Aretha dan menggenggam tangannya. "Gue mutusin buat masuk ke kampus impiannya Bervan."

"Lo udah mikirin kuliah?" Aretha mengulas senyumnya ketika tidak sengaja berpapasan dengan adik kelas.

Naraya menyatukan alisnya, berjalan mendahului Aretha kemudian memutar haluannya, kini keduanya saling berhadapan dengan Naraya yang berjalan mundur. "Kenapa? Lo merasa kecolongan start, kan?" ungkapnya dengan raut mengejek.

Bukan. Sepertinya ini bukan soal siapa yang lebih cepat, bukan siapa yang mendahului siapa namun lebih ke arah kesiapan. Aretha merasa ia belum siap meninggalkan masa SMA, meninggalkan kenangan-kenangan yang sepertinya belum benar-benar ia nikmati.

"Gimana rasanya terkejut?" Naraya kembali ke posisi yang benar, berjalan di samping Aretha. "Kayanya semua yang gue alami kemarin tuh lo alami sekarang ya? Gue suka banget lihat ekspresi kaget lo, itu tuh kaya .., gue melihat ekspresi gue sendiri pas lo bilang lo mau bikin cafe di kelas satu SMA."

Aretha mengukir senyumnya senatural mungkin, mengangguk-angguk ketika Naraya menoleh ke arahnya lalu meluruhkan semuanya saat sahabatnya itu lengah, Aretha terus mengulanginya hingga keduanya sampai di depan kelas, tepat di depan pintu dengan warna coklat tua yang terbuka setengah.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang