(29) Menghilang

10 4 0
                                    

________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________

Hari ini untuk pertama kalinya Aretha datang kembali ke Lattetha setelah hampir dua minggu ini menghabiskan waktunya di Bali, dengan setelan blazer berwarna coklat, gadis yang sekarang menjelma menjadi wanita berusia dua puluh tahun itu memilih salah satu meja di sisi pintu masuk untuk menikmati satu gelas tinggi strawberry mojito.

Dua tangan Aretha bergerak naik, menggulung rambutnya yang sempat terurai dengan kunciran asal, lalu setelahnya ia menarik tote bag hitam dari bawah meja, mengeluarkan beberapa kotak yang masih terlihat disegel plastik. Sebuah ponsel dengan beberapa perlengkapan seperti casing baru saja Aretha beli saat perjalanannya menuju Lattetha.

"Wihh hp baru nih, mbak?" Kartika dari balik bar tampak menilik.

Aretha hanya menoleh untuk tersenyum singkat, atensinya kembali teralih pada kotak yang saat ini tutupnya berhasil terangkat. Bukankah belanja itu menyenangkan, bukankah membuka barang baru itu seru, tapi kali ini perasaan Aretha terasa kosong, alih-alih tersenyum lebar dan berbunga-bunga, Aretha malah menghembuskan nafasnya kasar setiap kali melakukan tindakan baru.

"Dalem amat sih narik nafasnya," Anzi tengah bergerak mendekat, dua tangannya tenggelam pada kantong apron, mereka berdua datang bersama namun sepertinya Anzi sudah melakukan banyak hal di balik bar, sementara Aretha masih tenggelam dengan waktunya yang lambat. "Ada masalah sama hp barunya?"

Aretha menggeleng, tentu saja tidak akan seperti ini ekspresinya jika terjadi masalah dengan barang yang baru saja ia beli. Mungkin ia akan marah-marah atau akan tiba-tiba berlari keluar.

"Terus?" Anzi menarik salah satu kursi di depan Aretha, ia khawatir tentu saja. Seingatnya Aretha dulu tidak seperti ini sebelum mengenal cinta, sebelum jatuh cinta pada Tanu, dan sekarang Aretha benar-benar seperti kehilangan setengah dari dirinya. "Masih masalah Tanu?"

Aretha terdongak, tidak mengangguk namun seperti menyetujui. "Gue mau ganti kartu, menurut lo gimana?"

"Buat apa?"

Hening, lidah Aretha terlalu kelu untuk mengatakan alasannya pada Anzi. Sepupunya itu tampak begitu waras jika tengah menghadapi permasalahan orang lain, namun menjadi begitu tidak punya otak saat menyangkut Arkana. Dulu Aretha selalu tidak habis pikir, namun sekarang ia tahu persis seperti apa rasanya.

"Kalian tuh memperumit hubungan kalian sendiri tahu ga sih?" Anzi tampak kesal. "Lo juga sama aja, buanglah gengsinya itu, emang apa salahnya tanya siapa itu si Jasmine daripada lo galau begini."

"Bukan begitu."

"Apa perlu gue telfon Tanu buat tanya siapa Jasmine itu?" ancam Anzi serius.

Sejak saat itu, semakin Aretha mencoba berfikir hal yang baik tentang Tanu selama pria itu berada di Jerman, semakin ia merasa setiap hari  diserang rasa khawatir yang berlebihan. Aretha takut dikhianati, takut tiba-tiba Tanu mencintai wanita lain, takut Tanu meninggalkannya tanpa pesan. Jika suatu saat itu benar-benar terjadi, apa yang bisa Aretha tuntut pada Tanu sedangkan mereka sekarang bahkan tidak memiliki hubungan.

Best Friend-zone 「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang