PROLOG

222 84 57
                                    

Puisi Untuk Payung Hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puisi Untuk Payung Hitam

Payung hitam,
Lelah aku sendiri,
Dalam sepi tanpa seseorang yang menemani,
Ayah, Ibu, keluargaku telah pergi,
Dan sahabat masa kecilku tak pernah kembali,
Bahkan, Angkasa ku telah mati,

Payung hitam,
Menjadi saksi bisu di masa lalu,
Saat aku terbuang berharap kasih Ibu,
Saat aku terhina dalam suara memburu,
Dan ketika aku tertikam nyaris terbunuh,
Tak ada yang peduli,
Selain sebongkah batu yang dilemparkan kepadaku,

Payung hitam,
Menjadi potret kesedihan di masa lampau,
Saat tubuhku lemah tanpa makanan,
Saat tenggorokan ku kering meneguk air selokan,
Aku hidup bersama sampah yang menjijikkan,
Hingga tertidur menghirup racun mematikan,
Berharap hidup lebih nyaman,
Meski aku tinggal di kolong jembatan,

Payung hitam,
Hancur tulang belulang ku,
Ketika aku terkurung dibalik jeruji tak berperasaan,
Aku dihadapkan dengan anjing berbulu hitam,
Dan disiksa seperti seekor hewan,
Bahkan, kulitku terkelupas disiram air garam,
Hingga tubuh kurus ku tergeletak mengenaskan,

Payung hitam,
Bawa aku ke tempat ternyaman,
Sebagai pengganti rumah yang hilang,
Sebagai tempat bersandar dalam keterpurukan,
Dan menemaniku dalam kesendirian,

Payung hitam,
Memberikan kehangatan,
Dalam dinginnya embusan angin malam,
Mendekap dalam pelukan,
Sebagai tempat tuk berpulang.

☔☔☔


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kapten, apa Shad laki-laki yang lemah?" tanya Shad ketika duduk bersama Kapten Yoda di sofa ruang keluarga---saat dia berusia enam belas tahun.

"Tidak! Siapa yang mengatakan itu?"

"Semua orang. Ketika Shad tinggal di kolom jembatan, orang-orang datang dan menghina. Mereka membawa batu dan melemparkannya kepadaku, kemudian meludah dan memukul dengan keras. Mereka bilang, Shad adalah sampah, Shad tak berbeda dengan pembajak selokan. Shad manusia yang lemah," jawabnya mengingat masa lalu.

"Siapa orang-orang itu?"

"Shad tidak tahu, yang aku tahu mereka tak menyukai kehadiran Shad."

"Apa yang kamu ingat dari mereka?"

"Mereka menggunakan seragam berwarna putih dan celana abu-abu, serta beberapa lambang pada pakaian. Menggendong tas pada kedua pundak dan yang satunya mengalungkan pada leher secara ke samping. Mereka bilang, seorang pelajar atau sis... sis... apa? Shad tidak ingat, yang jelas mereka menertawakan Shad karena berbeda dari mereka."

Kapten Yoda tersenyum dalam rasa kesedihan karena remaja di dekatnya memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang pendidikan---sebatas mengatakan siswa pun dia kesulitan---tak pernah bersekolah. Hatinya terpukul ketika mendengarkan Shad menceritakan kisah masa lalu. Namun, Kapten Yoda mencoba menguatkan dengan cara yangspesial.

"Shad, jika kamu diberi kekuatan dan kemampuan untuk membalas kejahatan mereka, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Kapten Yoda menatap Shad dengan keseriusan.

"Membalas mereka? Tidak! Karena Shad tahu, di hina dan dipukuli sangat menyakitkan. Cukup Shad saja yang merasakan luka ini," jawab remaja itu dengan mata berkaca.

"Jika kamu tahu itu menyakitkan, mengapa kamu tak ingin membalas perlakuan mereka? Agar mereka tahu, bahwa dihina dan dipukuli benar-benar menyakitkan. Agar mereka dapat merasakan apa yang selama ini kamu rasakan," timpal Kapten Yoda masih menempatkan kedua maniknya pada pandangan Shad.

Shad menggeleng. "Tidak! Shad mencoba memaafkan mereka." Dibarengi dengan beberapa bulir air mata yang terjatuh.

"Kenapa kamu menangis, Shad?"

"Shad tidak tahu. Air mata Shad keluar dengan sendirinya." Dia menggeleng ribut.

"Kamu anak yang baik. Tidak semua orang bisa menerima perlakuan yang kamu dapatkan. Kamu mencoba memaafkan mereka meskipun itu sangat menyakitkan. Hati kamu tak bisa berbohong Shad, air mata yang kamu jatuhkan adalah air mata ketulusan, kamu benar-benar tulus untuk menerima semua takdirmu."

Kapten Yoda bergerak ke arah Shad dan memberinya pelukan yang hangat. Dan pelukan itu membawa Shad pada titik terendah dalam hidupnya, semua ingatan di masa lalu kembali terulang hingga dia berada di titik ini. Titik dimana Shad menemukan rumah untuk berpulang dan sandaran tuk menemukan kehangatan.

"Terima kasih, Kapten," ucapnya membalas pelukan sang kapten.

"Shad, kamu bisa memanggil saya ayah sekarang," ujar Kapten Yoda menyapu kecil rambut remaja itu.

Shad mendongakkan pandangan, "Ayah?" Bergumam penuh tanda tanya.

"Iya, ayah!"

Bibir itu bergetar kuat, dan kedua manik Shad menambah rintihan hebat. "Hishh, Ayah?! Ayah?! Shad punya Ayah sekarang!" kata Shad kembali memeluk laki-laki lajang dihadapannya.

"Shad menyayangi, Ayah, hishh."

"Ayah juga menyayangimu, Shad."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BLACK UMBRELLA 2 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang