Malam ini di rumah Kapten Yoda. Tepat pada pukul 21:00 WIB Shad dan Merius duduk di depan televisi sembari menonton bersama di ruang keluarga berukuran lima kali lima meter. Sofa berwarna putih itu tampak empuk dan nyaman untuk digunakan, ketika pada bagian bawah sofa terdapat sandaran untuk kedua kaki agar dapat diluruskan.
Mereka duduk menyaksikan sebuah film bergenre action dan thriller dengan beberapa jenis makanan berat dan dua cangkir berisi kopi susu di atas meja kaca.
Film laga penuh aksi, menembak dan membunuh tanpa ampun. Bergerak maju dan melompati tank-tank tempur untuk mendapatkan posisi yang sempurna dan meluncurkan serangan beruntun.
Beberapa pesawat tempur di dalam film meluncurkan serangan dari atas sana, tatkala musuh terlihat unggul dengan senjata di tangan mereka.
Kobaran api sudah melanda, membakar benteng pertahanan pasukan musuh dan meledakkan beberapa tank juga gedung yang menjadi markas mereka.Tak mau kalah, musuh mempersiapkan meriam dan menembakkan bom dari bawah sana, hingga menyentuh lapisan pesawat tempur dan kehilangan kendali. Bergerak dengan kecepatan tanpa arah, pesawat terjatuh dan meledak. Booomm. Membakar hutan kering di sekitar markas.
Suasana dalam laga sangat terasa, mendebarkan jantung para penonton yang begitu serius menyaksikannya. Termasuk Shad yang saat ini duduk dengan tegang, terbawa emosi oleh alur film pada layar televisi.
"Mereka menghancurkannya!" ucap Shad dalam ketegangannya.
"Iya, bahkan dalam satu tembakan!" Merius memberi tanggapan.
"Saya penasaran, bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri? Mereka sudah dikepung sekarang," tanya Shad sembari mengambil secangkir kopi susu yang hanya sisa setengah, lalu menyeruputnya dengan perlahan.
"Misi mereka adalah yang utama, dan keselamatan hanya poin pelengkapnya saja. Ketika misi itu berhasil mereka akan dianggap, tetapi sebaliknya ketika mereka gagal mereka tak akan mendapatkan apa-apa," jawab serius dengan pengalamannya sebagai seorang tentara.
"Misi di atas segalanya, meski nyawa yang menjadi taruhan. Tentara seperti mereka tak pernah takut untuk mati, apalagi tertembak! Karena tentara adalah benteng utama bagi sebuah negara, menjadi benteng pertahanan yang kuat!" tambahnya.
"Apa Pak Merius melakukan itu juga ketika berperang?" tanya Shad ingin tahu lebih lanjut.
"Kami melakukannya. Bahkan, lebih buruk dari situasi yang sebenarnya," jawab Merius menatap kedua manik Shad untuk meyakinkannya.
"Kalian memang hebat! Bisa berperang di semua kondisi, berani, kuat, dan pantang menyerah. Dan saya sangat bersyukur karena bisa berada dilingkungan orang-orang itu, dilingkungan Pasukan Serigala. Meski saya tak pernah bisa menyertainya," ujar Shad mengingat bekas luka pada dirinya. Luka masa lalu yang masih setia membekas hingga di hari ini. Padahal dia memiliki mimpi yang besar untuk menjadi bagian dari benteng pertahanan negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK UMBRELLA 2 [TERBIT]
Misterio / Suspenso[SUDAH TERBIT] Lagi dan lagi, hujan turun menerpa bumi. Menangis ketakutan tatkala mendengar amarah semesta, dan merengek meradang seperti anak kecil yang kehilangan kasih sayang. Tanpa sadar, bumi yang tenang kembali mencekam, bergemuruh memburu me...