Saat ini, pasukan gabungan dari pihak Elang Merah dan Serigala tengah mengendap masuk ke wilayah pertahanan lawan. Elang Merah bertugas sebagai pasukan bertahan bersama Serigala I, sementara Serigala II sebagai pasukan penyerang bersama Mata Merah.
Mereka bergerak dalam empat titik berbeda, namun dalam lokasi yang sama. Merayap seperti seekor buaya lapar dan menyamar seperti bunglon transparan---bersatu bersama rerumputan hijau dan tanaman merambat di atas kepala.
Senapan yang mereka bawa tetap setia dalam genggaman dan sigap mengambil alih pertempuran. Ketika mendekat ke arah gunung di atas bukit, tak terlihat satupun pergerakan dari para teroris, atau apapun yang terlihat mencurigakan.
Misi ini tampak lebih mudah daripada apa yang mereka pikirkan sebelumnya, tetapi rasanya sedikit aneh. Seperti, ada sesuatu yang telah direncanakan.
Saat mereka berlindung dibalik pepohonan, markas PITA berada di depan mata. Pandangan itu mengarah kepada jeruji ditengah markas, dengan sepuluh orang sandera di dalamnya---dua orang anak-anak, dua wanita tua, dan enam pria dewasa. Tampaknya, ada yang salah di dalam sana, sebab sandera yang mereka tahu hanya tujuh orang, bukan sepuluh.
Sedang beberapa teroris terlihat menjaga para tawanan dan lainnya menjaga pertahanan markas dengan memeluk senapan pada tangan. Tak seperti biasanya, teroris kali ini terlihat lebih sedikit. Mungkin, beberapa diantara mereka telah berpindah ke markas yang baru, seperti yang dikatakan oleh Argos. Tapi, siapa yang tahu pada pemikiran busuk para penjahat. Mereka bisa saja memanipulasi keadaan.
Tak ada suara di sana, selain suara dari alam dan embusan angin kecil yang menggoyangkan dedaunan serta rerumputan hijau. Sembari memperhatikan jam pada tangan, Kapten Yoda menunggu waktu yang tepat untuk melakukan penyerangan.
Dengan perhitungan pasti, jarum jam pada tangan Kapten Yoda memperlihatkan waktu yang sempurna untuk menyerbu dan memberi perintah melalui earmor yang terhubung.
"Mata Merah! Pukul dua!" ujarnya ketika melihat satu teroris berada di dekat titik Mata Merah.
Secara sigap, Angkara mengarahkan pandangannya kepada titik yang di arahkan dan menempatkan laras panjang di tangan untuk menembak. Dengan memperhitungkan setiap langkah yang akan terjadi, termasuk perhitungan kecepatan angin sekalipun, Angkara mulai menarik pelatuknya. Dengan perlahan, dia menutup satu mata kirinya dan memfokuskan mata kanan pada lubang di senapan.
Ketika semuanya siap, dia menembak. Dorrr. Peluru melesat dengan cepat, tepat pada kepala teroris itu dan menembusnya. Percikan darah terlihat dari balik helm tempur yang teroris gunakan. Jarak yang dekat, serta perhitungan yang sempurna cukup untuk mengakhiri hidupnya.
Suasana di sana menjadi pecah dan mengaktifkan seluruh teroris yang berjaga untuk menyerang. Para pasukan penyerang keluar dari tempat persembunyian dan mengambil kuda-kuda pertempuran. Mereka menyerang dari dua arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK UMBRELLA 2 [TERBIT]
Mystery / Thriller[SUDAH TERBIT] Lagi dan lagi, hujan turun menerpa bumi. Menangis ketakutan tatkala mendengar amarah semesta, dan merengek meradang seperti anak kecil yang kehilangan kasih sayang. Tanpa sadar, bumi yang tenang kembali mencekam, bergemuruh memburu me...