Bab 37. Bergerak ke Arah Selatan Hutan

16 10 6
                                    

Sementara di markas baru PITA, ke tiga tentara yang mereka tawan---tiga orang setelah kematian Irwan dalam tembakan di hari itu---tampak dibebaskan dari dalam kurungan sempit dan diikat di antara kayu kokoh yang menjadi tiang penopang sebagai gant...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara di markas baru PITA, ke tiga tentara yang mereka tawan---tiga orang setelah kematian Irwan dalam tembakan di hari itu---tampak dibebaskan dari dalam kurungan sempit dan diikat di antara kayu kokoh yang menjadi tiang penopang sebagai gantinya.

Tangan mereka diikat kebelakang, bersama kaki dan tubuh telanjang--hanya menyisakan dua kain tipis yang menutup selangkangan dan area sensitif ketiga tentara---celana dalam dan celana pendek.

Bekas cambukan dan siksaan yang menakutkan, terlihat mengenaskan di antara tubuh berwarna sawo matang. Bahkan, beberapa bekas sayatan terlihat dengan jelas di sekitar leher dan perut bidang mereka.

Argos tak main-main dengan siksaan yang dia tuturkan, menyiksa para tentara yang menjadi sandera merupakan bentuk pembalasan keji atas kematian seluruh anggotanya. Biarkan dia bermain-main sekarang ini, hingga tiba waktunya satu tembakan mematikan mengakhiri semuanya.

Ketiga tentara itu tampak memejamkan mata dan tak sekali membukanya dengan menarik napas tak beraturan. Tubuh itu terlihat lemas dan sama sekali tak berdaya, bahkan detakan jantungnya melemah. Mereka tak bisa melakukan lebih daripada ini semua.

"Uhhft," gumam Akrawala menarik napas dan membuangnya.

"Kamu harus bertahan, Wala!" bisik Raga yang berada di samping kiri Akrawala. Sedang disebelah kanannya ada Farik.

Di sisi lain, Argos masih saja menggenggam cambuk andalan yang menjadi senjata utama dalam menyiksa--setelah menghabisi semua sandera dari masyarakat sipil, Argos mengganti posisi mereka dengan para tentara yang jauh lebih istimewa. Tangan itu siap kapan saja untuk mengayunkannya. Bahkan, dia tak pernah merasa puas dalam menyiksa para sandera, beberapa minggu ini.

"Kita sudah lama bersama ditempat ini, tapi saya belum tahu dengan nama kalian. Apa boleh kita berkenalan? tanya Argos sembari menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Tapi dia lupa, tangan para tentara terikat kebelakang.

"Oh, kasihan! Tangan kalian terikat kebelakang. Jadi, kalian tidak memiliki kesempatan untuk bersalaman dengan saya, sayang sekali." Plakkk. Tamparan keras menjadi ganti perkenalannya.

"Akhhh!" Suara Raga yang tertahan. Bahkan, sekadar menahan tamparan yang sudah menjadi makanan sehari-hari pun tak sanggup dia tahan, setidaknya untuk sekarang ini.

Lekas, Argos menjepit dagu Raga dengan keras dan memposisikan kepala itu tepat di depan wajahnya. "Siapa namamu?" tanya Argos yang merasa penting dengan nama itu.

"Apa urusanmu?!" Raga mencoba memberontak. Bukkk. Sekali lagi, pukulan berbeda mendarat di perut Raga. "Sepertinya, kamu belum paham juga, ceuhh." Argos meludah tepat dimata kanan Raga, dan busa-busa kecil itu bergerak jatuh melewati belahan hidung dan kumisnya. Sangat menjijikkan.

Bergeser ke arah tengah, dia kembali berhadapan dengan Akrawala. Dengan menggerakkan satu keningnya ke atas, tentara termuda Pasukan Serigala itu paham dengan maksud Argos dan memberi jawaban. "Akrawala!"

"Akrawala? Nama kamu cukup bagus. Tapi, lebih bagus lagi jika nama itu tertulis di atas mesa kuburan, haha." Argos tertawa dengan lepas.

"Tertawa selagi kamu mampu, Argos! Ketika Kapten Yoda tiba di tempat ini, kamu akan menangis!" kata Akrawala menggigit bibirnya.

"Kapten Yoda? Siapa dia? Apa dia pimpinan kalian?"

"Kamu tidak perlu tahu!"

"Sial!" Bukkk. Cambuknya kembali bermain di tubuh Akrawala.

"Argghhhh!" Suara keras mengguncang rimba raya.

***

"Wala? Saya mendengar suara Akrawala," ucap Barkah ketika bergerak bersama Elang Merah untuk menemukan markas baru PITA.

"Apa kamu yakin?" tanya Kapten Giskara menghentikan langkah kakinya.

"Saya yakin. Saya sangat mengenali suara itu," jawab Barkah kembali terdiam dan mencari tahu asal suara itu. Dengan memposisikan kompas pada jalan, Barkah dapat meyakinkan pasukan bahwa Akrawala berada di selatan hutan setelah kurang dari empat puluh sembilan hari bergerak secara terpisah. Mereka tak tahu, bahwa Akrawala sedang tertawan dan tersiksa saat ini.

"Ke arah selatan!" Barkah menunjukkan arah.

"Kalau begitu apa yang kita tunggu? Nergerak ke arah selatan!" perintah Kapten Giskara mengambil alih kepemimpinan.

"Baik, Kapten," jawab pasukannya dan bergerak ke arah selatan.

Semakin dekat, suara itu terdengar semakin jelas. Argos tak memperkirakan, bahwa teriakan Akrawala dapat menjadi senjata bagi dirinya dan PITA. Karena dia pikir, tentara tak akan menemukan markas baru mereka.

Bergerak secara berkelompok, Kapten Giskara melihat dua orang teroris yang sedang berjaga di depan sana dan segera memberikan peringatan kepada pasukannya untuk berhati-hati.

"Hati-hati! Dua teroris berada di depan sana." Mata elang itu cukup handal dalam mengamati apa yang tidak terlihat oleh pandangan pasukannya.

Lekas, mereka terhenti dan berlindung dibalik batang pohon dan semak belukar, sedang yang lainnya menyatu bersama tanah dengan merebahkan tubuh mereka di atas dedaunan kering.

"Jika teroris berada di tempat ini, berarti kita semakin dekat pada tujuan." Barkah mengatakan kebenaran, karena markas baru PITA berada di depan sana dan sedikit lebih mudah untuk ditemukan daripada markas lama PITA. Meski mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukannya.

"Benar. Mulai dari sini, kita harus semakin berhati-hati! Jangan pernah berpisah dan saling melindungi! Sudah cukup nyawa yang melayang, kita harus bertahan bagaimanapun juga!" tanggap Kapten Giskara menyemangati mereka semua. Apalagi, setelah pemikiran kotor di kepala--tentang kematian Kapten Yoda dan setengah dari pasukannya Mata Merah meledak bersama markas lama PITA.

Memperhatikan segala situasi yang mungkin saja terjadi, termasuk memperhitungkan waktu dan arah angin yang sempurna untuk menembak. Digunakannya teropong itu oleh Barkah untuk memantau keadaan sekitar, ada berapa, dan berapa banyak lagi teroris yang berada di depan sana.

Merasa semuanya aman, Barkah berbisik pada sambungan earmor. "Hanya ada mereka berdua."

"Dimengerti!" jawab dua tentara dari pihak Elang Merah siap untuk menembak. Mata kiri mereka tertutup dan mata kanan itu berfokus pada sasaran. Dengan satu perintah pasti, mereka menarik pelatuk dan membunuh kedua teroris yang sedang berjaga dalam satu tembakan. Dorrr.

"Kerja bagus!" puji Barkah dan kembali melanjutkan pergerakan bersama yang lainnya.

"Kerja bagus!" puji Barkah dan kembali melanjutkan pergerakan bersama yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BLACK UMBRELLA 2 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang