21 | om-om sialan!!

148 11 0
                                    

"mama mommy mana?"tanya anak kecil yang berbadan gempal itu.

"Mom masih ada urusan"balas pemuda lelaki dengan senyumannya.

"Kok lama banget,atu angen mama"ucap anak kecil.

"Nanti juga pulang kok"balas pemuda lelaki itu yang masih tersenyum keanak kecil yang mengajaknya berbicara.

Mereka berdua Gavin dan Aiden,sudah satu bulan lebih Dareen dan Edric tak kunjung pulang,kekasih Gavin juga tidak ada kabar.

Cemas? Tentu saja,mereka semua cemas dengan keadaan Dareen,Edric dan ketiga temannya juga menghilang tanpa kabar atau jejak apapun,tangan kanan Edric dan sahabatnya sudah mencari keberadaannya tapi nihil semuanya sia-sia.

"Dimana Aiden dengan Gavin sekarang"tanya seorang wanita yang berawakan tinggi,putih,dengan bulu mata yang melentik.

"Tuan muda sama tuan Gavin berada diruang tengah nona"kata pembantu yang membukakan pintu utama mansion Edric.

Ya Gavin tinggal dimansion besar itu dengan Aiden dan beberapa pembantu juga bodyguard, wanita cantik yang tak lain adalah Sisca itu masuk kedalam mansion.

Sisca melihat seorang wanita paruh baya duduk termenung disofa ruang tamu,wanita itu sedang menunggu anak dan menantunya pulang.

Sisca mendudukkan dirinya disofa,ia memegang telapak tangan wanita paruh baya itu,dingin, itulah yang dirasakan Sisca sekarang.

"Tante"panggil Sisca.

Wanita itu tidak menoleh melirik sekilas saja tidak,ia tetep melihat kedepan dengan tatapan kosongnya.

Sisca bernafas gusar,ia tak tega melihat mertua adeknya itu, bagaimana ia membujuk wanita didepannya ini agar bisa diajak mengobrol.

Ya dia Emira mommy Edric sekaligus mertua Dareen, setelah Emira mengetahui jika Dareen menantu kesayangannya itu telah diculik dan Edric menghilang tidak ada kabar dirinya menjadi seperti ini,diam,tidak banyak bicara,tatapannya kosong,tidak mau makan,hanya berdiam diri disofa ruang tamu dengan melihat kearah pintu jika anak dan menantunya bisa kembali ia orang pertama yang akan memeluk mereka.

Sudah berhari-hari Emira seperti ini, terlebih Aiden anak kecil itu selalu menangis dan memanggil Dareen,Gavin juga seperti orang bodoh,ia hanya tersenyum bila melihat Aiden selebihnya ia diam menatap semua orang dingin termasuk kedua orangtuanya.

Sisca sendiri juga seperti Dareen,ia akan terlihat kuat jika berhadapan dengan Aiden,Gavin,Emira,dan juga Jeana,kalau bersama Gilbert dan Kevian dia akan menangis,dia butuh senderan sekarang.

"Tante sudah makan belum?"tanya Sisca mencoba terlihat kuat dimata mertua adeknya.

Masih tidak ada jawaban dari Emira,Sisca mengelus punggung Emira dengan lembut,satu bulir air mata menetes begitu saja tanpa ada yang meminta, dirinya tau betul dengan perasaan seorang ibu yang kehilangan anak semata wayangnya.

"Tante"panggilnya lagi.

Diam,ya Emira masih diam tanpa melihat Sisca,para pembantu menatap sedih kearah dua majikannya itu, mereka juga merasa kehilangan tapi apa boleh buat, mereka tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

"Nona tu-tuan Gavin nona"panggil salah satu pembantu yang berjalan tergesa-gesa kearah Sisca.

"Kenapa dengannya?"tanya Sisca.

"Tuan Gavin pingsan nona"jawab pembantu itu.

Sisca berlari menghampiri Gavin yang sudah tiduran dilantai dengan Aiden yang ikutan tiduran juga tapi matanya masih membuka.

"Astaghfirullah,Avin bangun,Aden bangun dulu nak aunty mau bangunin Aunty Apin"ucapnya.

Aiden mengedip lucu,lalu anak itu bangun yang dibangunkan oleh pembantu,Sisca menyuruh beberapa bodyguard untuk membawa tubuh Gavin kedalam kamar,ia juga menelfon dokter pribadi Edric.

Mafia × PsichoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang