Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Enggak, oke oke aku kerjain sekarang." Jawab Rayes pasrah. Bagaimana pun Rayes sadar posisinya hanyalah seorang asisten dari asisten.
Rayes mengambil setumpuk berkas yang ada di meja kerja Dira.
"Aku boleh ngerjain di sana gak?" Tanya Rayes menunjuk satu set sofa yang mejanya tak jauh dari meja kerja Dira.
"Boleh, emangnya kamu mau ngerjain dimana lagi? Atau mau ngerjain di toilet?"
Rayes sangat malas mendebat gadis yang ia anggap menjengkelkan ini.
Rayes meletakkan tumpukan berkas tersebut di atas meja, lalu meletakkan map tadi tak jauh dari tumpukan berkas tersebut.
Rayes melepas jas yang ia kenakan dan meletakkannya di sandaran sofa. Rayes juga melonggarkan dasinya, membuka dua kancing kemeja bagian atas, lalu melepas kancing pada kedua lengan bajunya sambil berjalan ke arah Dira.
"K-kamu m-mau ng-ngapain?" Dira tergugup melihat apa yang Rayes lakukan saat berjalan ke arahnya.
"Laptop, kertas dan pulpen?" Rayes menengadahkan tangan kanannya, meminta ketiga benda yang ia sebutkan itu.
"Buat?" Dira benar-benar blank hanya karena aksi Rayes yang tak terduga.
"Kamu pikir aku bakal ngerangkum itu semua dimana?" Jawab Rayes menahan kesal.
"Nih." Dira menyerahkan laptop, kertas dan pulpen seperti yang diminta Rayes barusan. "Terus kenapa kamu buka kancing baju?"
"Aku risih sama baju yang ketat. Aku cuma longgarin dikit biar lebih nyaman, jadi aku bisa konsentrasi ngerjainnya."
"Oh, oke."
"Setidaknya aku nahan diri buat gak telanjang di depan kamu." Rayes menyeringai saat mendapat reaksi menggemaskan dari Dira, setelah gadis itu berhasil mencerna kalimat Rayes. Bola matanya membulat kaget, kelopak matanya berkedip konstan.
Liar banget pikiran nih cewek. Pikir Rayes sambil berjalan kembali ke sofa.
Dira menggelengkan kepalanya cepat untuk mengembalikan kesadaran dan kewarasannya.
Rayes pun duduk dan menggulung masing-masing ujung lengan kemejanya hingga batas siku setelah meletakkan laptop di atas meja, sekilas melihat Dira yang sudah sibuk dengan tumpukan berkas lainnya.
Dira sudah mempersiapkan semuanya. Ia tidak bodoh dengan memberikan sembarang berkas penting dan rahasia pada Rayes. Dira tahu betul jika Rayes orang yang sangat cerdas, meskipun perusahaan Rayes bukanlah perusahaan rival.
Dira juga sadar, misi Rayes bukanlah semata-mata bekerja seperti pada umumnya pelamar kerja. Dia ingat saat Rayes pernah mengatakan padanya jika pria itu tengah dalam misi pencarian Shandira Asa, dirinya sendiri.
Setelah tiga puluh menit berlalu, fokus Dira benar-benar teralihkan pada pria yang duduk tak jauh darinya. Pria pekerja keras, bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. Bahkan keseriusannya dalam bekerja, justru menambah kesan menawan di mata Dira.