Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi-pagi sekali Rayes sudah datang ke rumah Dira. Jika kemarin ia datang satu jam lebih awal, hari ini ia datang dua jam lebih awal.
"Selamat pagi Bi Sari." Sapa Rayes pada asisten rumah tangga yang membukakan pintu.
"Iya, selamat pagi juga Den Rayes."
"Non Dira udah siap, Bi?"
"Siap apa, Den?" Bi Sari terlihat mengerutkan keningnya bingung.
"Biasanya dia lari pagi 'kan?"
"Oh, Non Dira masih tidur kayaknya Den."
"Oh gitu, yaudah."
"Den, bisa tolong bangunin Non Dira? Bibi mau ke pasar dulu beli bahan makanan yang udah menipis."
"Eh, emangnya boleh saya masuk kamar dia?"
"Aden gak ada niat jahat sama Non Dira 'kan?"
"Ya enggak lah Bi, yakali saya macem-macem."
"Yaudah, berarti gak ada masalah Den."
Bi Sari mempersilahkan Rayes masuk dan menunjukkan letak kamar nona mudanya. Kemudian meninggalkan Rayes yang masih bingung harus apa di sana.
oOo
Tok tok tok...
"Non.." Rayes dengan sopan mengetuk pintu kamar Dira, namun tidak ada jawaban.
Rayes meraih handle pintu, Oops, pintu tidak dikunci!
"Non, aku masuk ya?" Rayes meminta ijin. "Iya, Yes masuk aja." Jawab Rayes sendiri dengan suara yang dibuat-buat.
Rayes berjalan pelan memasuki kamar Dira, tak lupa ia membuka pintu lebar-lebar.
Rayes tak menemukan Dira di sana, pun tidak ada suara gemericik air dari toilet.
Rayes mendekati ranjang yang di atasnya terbentang selimut tebal warna putih. Tiba-tiba selimut itu bergerak, dari balik selimut menyembul beberapa helaian rambut.
"Anjir!" Kaget Rayes memejamkan matanya, tangan kanannya menepuk pelan dadanya.
Rayes berjalan pelan hingga tak ada suara ke sisi ranjang yang Dira tempati, lalu membuka gorden sehingga sinar matahari pagi masuk agar mengusik tidur nonanya.
"Non? Bangun." Rayes berdiri tepat di samping Dira.
"Lima menit lagi Bi.." Jawab Dira mengira Bi Sari yang sedang membangunkannya.
"Dira! Ayo bangun! Jangan jadi cewek pemalas." Rayes memberanikan diri mengguncang-guncang bahu Dira.
"Aish, siapa sih kamu berani masuk ke kamar aku?" Bentak Dira masih setia memejamkan matanya meski posisinya kini sudah terduduk.
