Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kali ini dengan tekad bulat sebulat tahu bulat, Rayes akan mencari keberadaan Shandira Asa seorang diri.
Pada umumnya staf sebuah perusahaan akan pulang pada pukul lima sore, maka Rayes dengan semangat sudah standby di depan gedung Asa Jewelry sejak pukul empat sore. Jadi hari ini Rayes mengagendakan waktunya untuk mengamati satu per satu staf wanita yang keluar dari gedung tersebut, dan menerka beberapa di antaranya yang kemungkinan adalah Shandira Asa.
Tok tok tok
Rayes yang terkejut seketika matanya terbuka lebar saat ada dua orang berpakaian security mengetuk mobilnya.
Rayes tertidur dalam penantiannya.
"Mohon buka kaca mobil anda, Pak." Pinta salah seorang security santun.
Rayes menurutinya, ia pun membuka kaca mobilnya.
"Mohon perlihatkan tanda pengenal anda."
Rayes tetap tenang. Ia menuruti permintaan security yang menatapnya awas. Rayes melirik jam mewah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pukul 21.00.
"What! Gue ketiduran?" Teriak batinnya. "Jadi berapa staf yang kemungkinan Shandira Asa? Oh no, bahkan gue belum dapet satu pun." Ia mendesah pelan setelah membatin kecewa dengan pekerjaannya yang sia-sia. Rayes merapatkan kedua matanya dan menepuk dahinya, merutuki diri karena tanpa sadar ia tertidur sejak pukul 16.50 hingga saat ini.
"Jadi Pak Rayeshka Amartaraga, apa yang anda lakukan disini?"
Rayes tersenyum sangat ramah, "Saya menunggu seseorang, tapi sepertinya saya ketiduran, hehe."
"Seseorang? Tapi kami perhatikan tidak ada yang menghampiri mobil anda. Apa anda bisa kami percaya?" Security itu menatap Rayes penuh curiga.
"Tentu. Saya wakil direktur Amarta Goods Corp. Apa saya kurang meyakinkan?"
"Maaf Pak, tapi anda cukup mencurigakan, sebaiknya anda ikut kami ke kantor polisi."
"Tunggu Pak, saya bisa jelasin. Saya cuma mau ketemu sama Nona Shandira Asa."
"Anda bisa menjelaskan pada polisi nanti."
Rayes pun diseret ke kantor polisi dengan tuduhan perencanaan perampokan dan melakukan teror terhadap staf Asa Jewelry.
"Pak, ini salah paham. Saya cuma mau menemui seseorang disana. Untuk apa saya merampok kalo harta saya udah sangat melimpah?" Rayes menjelaskan, tak lupa dengan kesombongannya.
Polisi itu hanya menatapnya datar.
"Pak, ini hasil tesnya." Seorang polisi junior menyerahkan hasil tes urine Rayes. Hasilnya negatif alkohol dan obat terlarang.
"Bener kan saya masih dalam keadaan sadar?"
"Masukkan dia ke dalam sel." Perintah polisi tersebut kepada juniornya.
"Pak, bukannya saya dibebasin? Kenapa saya malah dimasukkin ke dalam sel?"
Polisi itu menulikan pendengarannya.
"Pak, saya mohon tolong hubungi nomor ini." Rayes memohon pada polisi itu untuk menghubungi seseorang lalu akhirnya menurut masuk ke dalam sel.
Kedua tangannya bergelayut pada kedua belah jeruji besi, kepalanya ia sandarkan di antaranya. Wajahnya merengut pasrah.
Dua jam berlalu, akhirnya Fendi datang dengan santai. Sekilas menatap Rayes yang terduduk di sudut jeruji sel dengan wajah kusut frustrasi. Fendi terkekeh dan menggelengkan kepalanya, lalu menemui polisi tersebut. Dasar, selalu aja bikin ulah.
Tiga puluh menit setelah berurusan dengan polisi, Rayes akhirnya dibebaskan.
"Ditahan di kantor polisi karena kecerobohan. Tuduhan perencanaan perampokan dan melakukan teror terhadap staf Asa Jewelry. Hadeh, lo tuh nekat banget sih."
"Itu salah paham, kak. Gue ketiduran pas nunggu Shandira. Juga lo lama banget jemput gue."
"Buset, lo udah ganggu waktu gue sama istri gue!" Fendi mendelik ke arah Rayes, sementara Rayes hanya bisa menekuk wajah.
"Tunggu. Lo bilang lo nunggu Shandira? Lo udah pernah ketemu sama dia?"
Rayes menggelengkan kepalanya. "Karena prosedurnya ketat, cuma nanya nama aja gak dibolehin. Jadi gue putusin buat nunggu di depan Asa Jewelry, ngumpulin kandidat yang kemungkinan itu adalah Shandira."
"Terus?"
"Besoknya di jam yang sama gue bakal temuin satu per satu orangnya dan nanyain apa benar dia Shandira Asa atau bukan." Jawab Rayes enteng.
Fendi tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan dua ibu jarinya, tapi masih tetap tertawa.
"Apa yang salah? Kenapa lo ketawain gue?" Rayes mendelik tak suka.
"Apa lo bakal buang-buang waktu lo dengan ngelakuin hal konyol kayak gitu terus? Lakuin yang bener dong."
"Gue udah coba cari informasi dari seseorang."
"Terus?"
"Dia gak dapet apa-apa." Keluhnya.
Fendi kembali tertawa. Rayes mendesah kecewa, tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan lagi. Ia sudah membuang waktu tiga hari. Sialnya besok adalah akhir pekan, dimana perusahaan tersebut menerapkan sistem lima hari kerja. Kecuali outlet yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan, yang tetap buka di akhir pekan. Dan itu artinya, ia tidak bisa mencari Shandira Asa di sana.
Rayes kembali ke apartemennya. Segera ia mengambil satu botol air mineral dari dalam lemari pendingin, menegaknya hingga tandas dalam waktu tiga detik. Kemudian ia memutuskan untuk membersihkan diri.
Rayes keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, ia bergegas mengambil kaos putih polos dan celana training dari dalam lemari dan memakainya.
Rayes merebahkan diri di ranjang, menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. "Shandira Asa." Gumamnya.
"Siapa lo sebenernya? Bahkan kita belum pernah ketemu tapi lo udah rusak semuanya. Lo berhasil rebut seluruh atensi gue dan buat gue kacau cuma dalam seminggu. Dan lucunya, kita belum pernah ketemu." Rayes tersenyum kecut meratapi nasib sialnya.
Sayup-sayup matanya mulai terpejam. Mengistirahatkan semua ketegangan pikiran dan tubuh lelahnya yang menguasai dirinya dalam sepekan ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ada2 aja emg si rayes rayes ini.. btw yok UPVOTE!!🫵😤