Kita pernah bertemu

6.6K 650 10
                                    

Aku sudah berusaha untuk menghindari Killian dan menganggapnya seolah tidak ada. Tapi kenapa anak itu seperti bisa muncul di mana saja?! Seanthasia mengigit sapu tangan miliknya karena kesal. Aku bahkan bisa bertemu dengannya saat di taman, lorong, dan air mancur, batinnya semakin kesal.

Apa karena kita berada dalam satu atap yang sama? Itu adalah pertanyaan konyol yang Seanthasia lontarkan untuk dirinya sendiri.

Gadis itu berhenti mengigit sapu tangannya. Kepalanya menoleh ke jendela. Menatap pantulan wajahnya sendiri yang sedikit terlihat.

"Yeah! Semangat Seanthasia ... kau sudah sangat bagus selama ini, karena sudah mengacuhkannya." Dia sekarang merasa bangga dengan dirinya sendiri.

Tak lupa tangannya bergerak untuk menuliskan catatan kecil di dalam buku hariannya yang sangat jarang disentuh.

Tak lupa tangannya bergerak untuk menuliskan catatan kecil di dalam buku hariannya yang sangat jarang disentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyumnya perlahan luntur ketika melihat tulisannya sendiri. "Tulisanku jelek sekali." Ini adalah salah satu kesedihan mendalam bagi seorang Seanthasia. Dia adalah tipe orang yang akan menulis dengan rapi hanya jika dibutuhkan.

"Oh! Emy, apa jadwalku hari ini?" Tangannya menyangga dagu sembari menunggu jawaban dari pelayannya.

"Anda tidak memiliki jadwal apapun untuk hari ini, Nona." Pelayan Seanthasia menjeda kalimatnya, seolah lupa akan sesuatu. "Dan nama saya, Cecil."

Cecil yang berdiri di ujung ruangan itu menatap Seanthasia. Meskipun anak kecil itu tidak menatapnya balik dan hanya melihat keluar kamar. Kenapa Nona terus memanggilku Emy?

Dia memperhatikan Seanthasia dengan lebih seksama. Ah..! Dan Nona kadang bersikap seperti orang dewasa. Tanpa sadar dia tersenyum.

"Emy." Pelayan tersebut tersentak, kala Seanthasia memanggilnya. Gadis kecil itu kini menatapnya dengan senyum manis tercetak di bibir.

"Iya, Nona?"
"Tolong tinggalkan aku sendiri."
"Tap-"

Seanthasia hanya diam saat Cecil hendak menolaknya. Melihat tatapan anak kecil itu, membuat Cecil spontan membungkukkan badannya dan pergi keluar setelah mengucapkan permisi.

Seanthasia menghela napasnya panjang. Kepalanya disandarkan pada kepala kursi. Tangannya naik untuk menarik poni rambutnya.

Dalam pikirannya itu, tiba-tiba terlintas bocah laki-laki yang duduk di atas dahan pohon besar luar kamarnya beberapa hari yang lalu.

"Siapa kamu?"

Tampak tangan lentik milik orang itu mengangkat ranting pohon yang menghalangi Seanthasia untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas. Dia menampilkan senyum yang sangat manis pada Seanthasia. "Halo Lady!" sapanya.

Rambut pirang yang berkilau, mata ungu bagai safir dengan bulu matanya yang panjang, serta jubah hitam yang membalut tubuhnya.

Wajah yang sulit dilupakan oleh setiap orang yang baru pertamakali melihatnya.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang