"Hei..." panggil pria itu. Dia menyilangkan tangannya sembari bersandar pada meja yang tersedia di kamar penginapan.
"Hei!" ucapnya lagi karena Seanthasia tidak menggubris panggilannya.
Wanita ini tengah sibuk memandang keluar jendela kamar. Dengan pandangan sayu, dia menyangga dagunya sembari menunggu kereta kuda datang menjemputnya.
Hal itu tentu saja membuat Athelis kesal. Wanita itu mengabaikannya. Dia berjalan mendekat ke arah Seanthasia dan meraih dagunya. Membuat Seanthasia sontak menoleh ke arahnya.
Jemari Athelis menekan kedua pipi Seanthasia. Menahan kepalanya agar tetap terpaku pada mata biru Athelis.
"Kamu tahu? Sedari kecil, kamu memang menyebalkan karena banyak bicara." Pipi Seanthasia semakin ditekan. "Tapi sekarang, kamu tampak lebih menyebalkan karena diam saja."
Tanpa perlu ditepis, Athelis sudah menarik tangannya. Dia berdehem. Matanya dialihkan ke arah lain. "Jadilah cerewet seperti biasa," ucapnya sembari menyilangkan tangan.
Athelis kembali melihat Seanthasia. Dia menghela napasnya pelan saat wanita di sampingnya tidak bereaksi seperti biasa saat bicara dengannya.
Jujur saja, Athelis merindukan sosok Seanthasia yang berbicara dengan nada merendahkan padanya.
Pria itu memajukan bibir bawahnya. Lalu, menggulung bibirnya ke dalam. Sebelum kembali membuka mulut.
"Aku tahu, memang tidak mudah bagimu. Terlebih, setelah Shion memutuskan pertunangan kalian secara sepihak seperti itu." Athelis tersenyum miring. "Aku terkejut, loh. Kau tiba-tiba memutuskan pulang hari ini, setelah seminggu mengurung diri di penginapan."
Athelis mendekatkan dirinya tepat di samping telinga Seanthasia. "Tapi, itu pasti rencana tuhan. Bisa saja kamu, kan. Kamu mendapatkan ganti yang lebih baik. Contohnya saja, aku."
Seperti yang Athelis harapkan. Seanthasia sudah menatapnya dengan tajam. "Kau pikir itu lucu?" tanyanya.
Athelis menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak! Tapi setidaknya, itu tidak membuatmu terus diam. Aku lebih suka Seanthasia yang menatapku dengan tatapan ingin menghabisi ku."
Melihat senyum Athelis membuat Seanthasia bergumam, "dasar gila."
Didetik berikutnya, Seanthasia menatap mata biru itu. "Athelis, aku memiliki anggapan kalau kau akan menjadi berondong tua. Karena di usiamu yang sudah dua puluh empat tahun, kau masih mengejar Hestia."
Dia menatap Athelis makin lekat. "Tapi, aku berharap, kau tidak seperti Shion."
"Tentu saja, aku tidak akan menyerah pada keadaan dengan mudah," ucapnya cepat.
Seanthasia tersenyum manis. "Kereta kudanya sudah sampai," ucapnya lirih. Dia berjalan keluar dari kamar yang sudah ia tempati selama di Constantine.
Diikuti oleh Athelis dari belakang. Keduanya kini sudah berada tepat di depan pintu kereta kuda.
"Terima kasih atas bantuannya selama ini, Athelis."
"Memang sudah sepatutnya aku melakukan ini untukmu, Seanthasia. Sebagai teman, juga sebagai kesatria pelindungmu."
Athelis mengangam tangan Seanthasia. Membantu wanita ini untuk naik ke kereta kuda yang pijakannya cukup tinggi.
Seanthasia. Wanita itu membalikkan badannya. Tangannya masih berpegang erat pada Athelis. "Athelis," ucapnya. "Aku ... menolakmu sebagai kesatria pelindungku."
Mendengarnya, Athelis menghembuskan napas pelan. Dia menarik senyum tipis. "Baiklah, seperti yang kamu inginkan."
Dia mendekatkan punggung tangan Seanthasia, dan menciumnya lama. Sebelum akhirnya, benar-benar melepaskan tangan Seanthasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]
Fantasi[REINKARNASI KE DALAM NOVEL BL] Seanthasia sedari awal sudah bertekad untuk hidup damai tanpa memperdulikan para tokoh utama dalam novel tempat ia mendapatkan kehidupan keduanya. Semuanya berjalan dengan baik, sampai Duke of Vardion--Ayahnya, membaw...