Bunga mansion

3.7K 345 8
                                    

"Kakak, apakah di mansion ini ada orang yang punya mata biru?"

Killian menggeleng pelan. Kini, tinggal dirinya yang berbalik menatap Seanthasia dari samping. "Tidak ada. Tapi, kenapa kau bertanya hal seperti itu?"

Seanthasia menarik croissant yang belum sempat ia gigit. Mata keduanya saat ini bertemu.

"Anak dari Duke of Airith. Claudia Airith. Dia berkata melihat anak laki-laki, dengan rambut hitam dan mata biru."

Killian menaikkan alisnya, dia sangat asing dengan nama itu. "Claudia?"

"Ung!" Gadis itu mengangguk, perhatiannya teralihkan oleh burung yang hinggap di pagar balkon.

Keduanya kini tengah menikmati waktu luang dengan menatap langit biru carah dari balkon tempat mereka berdiri, tak lupa pula, croissant sebagai cemilan.

"Anak berambut hitam dan mata coklat yang datang bersama Hestia beberapa hari yang lalu," jelasnya.

Seanthasia menolehkan kepalanya, dia tidak mendapati reaksi apapun dari Killian. Anak itu hanya diam mematung.

"Kakak," panggilnya.

"Iya?" jawabnya tanpa melihat balik Seanthasia.

"Kakak ... Kakak tahu sesuatu, kan?"

Atmosfer di sekitar mereka seolah berubah seiring dengan langit yang mulai berganti warna menjadi abu.

Sekali lagi. Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Killian. Tangan Seanthasia terjulur untuk menampung rintik hujan.

"Kapan dia akan datang lagi?" tanya Killian tiba-tiba.

Tangan Seanthasia yang sudah penuh dan basah oleh air, membuang air itu dan kembali menampungnya lagi. "Siapa? Claudia?" Matanya melirik ke arah Killian yang mengangguk pelan.

"Tidak tahu. Namun, sepertinya kita akan bertemu lagi saat pesta dansa di istana." Seanthasia kembali memikirkan sesuatu. "Ah! Dia juga berkata bahwa beberapa perwakilan dari wilayah Constantine akan datang," tambahnya.

Killian tiba-tiba menatapnya lagi. "Kenapa kamu mengatakan hal itu padaku? Apa hubungannya orang dari wilayah Constantine denganku, Seanthasia?" Tangan Killian naik untuk memilin ujung rambut merah muda Seanthasia.

Mata hijau itu memperhatikan apa yang Killian lakukan. Tapi, ia membiarkannya saja. "Ya ... aku pikir, Kakak akan senang jika bertemu dengan Yang Mulia Kyle lagi. Kalian, kan sudah jadi teman dekat." Seanthasia mendekatkan kedua jari telunjuknya agar menempel satu sama lain.

Killian yang mendengar itu mendengus geli. "Kelihatannya begitu, ya?"

Adik kecilnya ini mengangguk. Seanthasia mengambil croissant terakhir dan membaginya menjadi dua. Potongan yang lebih kecil ia berikan untuk Killian.

"Terima kasih," ucapnya saat menerima croissant itu. Hanya butuh beberapa gigitan untuk Killian menghabiskan cemilan manis ini.

Mata hitam pekat itu beralih menatap Seanthasia yang masih makan dengan tenang. "Seanthasia," panggilnya.

Dia yang masih mengunyah makanan manis buatan koki ini menatap Killian dengan alis yang dinaikkan.

Melihat krim coklat yang merupakan isian dari croissant menempel pada pipi Seanthasia membuat tangannya spontan menyentuh pipi itu.

Killian menyamakan tingginya dengan Seanthasia, sementara ibu jarinya menyeka krim manis pada pipi gadis yang dua tahun lebih muda darinya ini.

Tapi, belum juga noda coklat itu tersingkir sepenuhnya dari pipi, Seanthasia sudah menarik wajahnya. Dia melangkah mundur, membuat Killian spontan menarik tangannya.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang