Tamu istimewa

5.8K 530 3
                                    

Meskipun Ayah menyuruh kami menjadi lebih dekat, tetap saja. Aku harus membangun dinding pembatas diantara aku dan Killian.

Kini keluarga Duke of Vardion sedang menanti kehadiran tamu istimewa. Semua ada di depan pintu utama untuk menyambut tamu tersebut, kecuali Killian.

Kemana perginya Killian? Sorot mata Seanthasia seperti bertanya hal demikian pada Lucian.

Lucian sempat melirik ke arah lain, tapi dia lebih memilih tidak memberitahu Seanthasia di mana Killian berada sekarang ini.

Kepala anak itu mendongak kebelakang untuk melihat jendela kamar yang di tempati Killian, meskipun hal itu tidak mungkin kelihatan dari sudut tempatnya berdiri. Tangan mungil itu tanpa sadar menggenggam jari telunjuk dan jari tengah Ayahnya.

"Kau gugup Seanthasia?" Kepala pria berambut merah muda itu menunduk untuk melihat putrinya yang tingginya bahkan belum mencapai perut.

Seanthasia hanya menggeleng. "Tenang saja, kita hanya akan menyambut putra mahkota, dan selebihnya serahkan pada Ayah," jelas Lucian dengan ekspresi meyakinkan.

Langkah kaki kuda mulai terdengar memasuki halaman depan kediaman Duke. Kereta kuda yang dominan berwarna putih itu berhenti tepat di depan semua orang yang hendak menyambutnya.

Para pelayan berjajar rapih, dengan kepala yang menunduk. Kepala pelayan maju terlebih dahulu untuk sekedar membuka pintu kereta kuda.

Mata Seanthasia terpaku bukan pada orang yang baru saja turun dari kereta kuda kokoh itu, melainkan sosok di belakangnya.

Pupil matanya melebar ketika melihat anak laki-laki berambut perak. Rambut perak bak platinum itu berterbangan kala tertiup angin.

Mata ungunya juga indah bagaikan safir. Dia adalah seseorang yang harus Seanthasia jauhi setelah Killian. Yaitu Kyle De Constantine.

Anak laki-laki itu kini menatap ke arah lain. Kyle bahkan tidak menampilkan senyumnya. Tangannya hanya naik membenarkan kerah baju yang sedikit tidak rapih.

"Selamat datang Yang Mulia Putra Mahkota." Semuanya membungkukkan badan di hadapan anak laki-laki berusia sepuluh tahun.

Jeremy Luca Erikas--Putra Mahkota Kerajaan Erikas. Bocah laki-laki dengan rambut Coklat yang mirip seperti surai singa dan mata emasnya yang berkilau.

"Senang melihat anda, Paman." Anak itu tersenyum manis pada Lucian. Dia juga mendapatkan pelukan hangat dari Casandra.

Seanthasia hanya memperhatikan dari samping. Alasan Jeremy memanggil Lucian dengan sebutan Paman adalah karena, Casandra--Ibu Seanthasia merupakan adik dari raja saat ini.

Namun karena sibuk dengan urusan masing-masing, Seanthasia hampir lupa kalau dia itu sepupu Putra Mahkota.

"Halo, Kecil." Kini dia beralih pada Seanthasia. Jeremy memperlihatkan semua giginya yang berderet rapih saat menyapa gadis kecil ini.

"Halo..." Suaranya semakin lirih. Bukan karena gugup, namun Seanthasia tidak menyangka dia akan dipanggil dengan sebutan kecil oleh orang yang ada di depannya saat ini.

"Saya sudah mendengar banyak hal tentang anda dari surat yang Bibi kirimkan pada Ayah saya, Lady." Jeremy menyilangkan tangannya di depan dada.

"Saya juga membawakan kue blueberry buatan koki terbaik dari istana, khusus untuk anda." Bocah laki-laki itu merasa bangga dengan hal yang ia katakan.

Dan, benar saja. Mata Seanthasia menjadi berbinar, walaupun hanya sebentar.

"Ah! Iya! Maaf karena baru memberitahukan hal ini pada anda Paman. Perkenalkan, dia Putra Mahkota Kerajaan Constantine. Kyle De Constantine, dia datang sebagai tamu di kerajaan kita." Kyle meletakkan tangan kanannya di depan dada saat dirinya diperkenalkan oleh Jeremy.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang