Tidak harus

3K 274 1
                                    

Kedua tangan yang dibalut dengan sarung tangan itu sama-sama ditawarkan pada Seanthasia.

Gadis itu spontan mundur satu langkah. Dia enggan untuk menerima tawaran dansa dari keduanya.

Tangannya naik di depan dada. Seanthasia menarik paksa sudut bibirnya. "Maaf! Sebenarnya saya sudah-!"

Dia tidak melanjutkan perkataannya lagi. Di sebrang sana, matanya bertemu dengan Casandra yang menatap tajam pada gadis cilik ini.

Seanthasia tahu apa arti tatapan dari Ibunya itu. Mata hijau Casandra terus terpaku pada Seanthasia. Rahang wanita itu tampak menjadi lebih tegas.

Ibu ... padahal aku sudah berjanji dengan Killian. Seanthasia beralih menatap Kyle yang tangannya masih berada di udara. Dia masih setia menunggu Seanthasia menerima tangannya.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Tapi, Tuan Muda Airith yang terlebih dahulu mengajak saya berdansa." Tangannya naik untuk menjabat tangan Shion.

Kyle menarik tangannya perlahan. Jemari tangan kirinya melingkari pergelangan tangan kanannya sendiri. "Baiklah," ucapnya sembari menatap ke arah lain.

Seanthasia menatap sebentar Kyle yang berjalan menjauh. Hanya dengan melirik, dia sudah tahu kalau Shion sudah memasang ekspresi bahagia sedari tadi.

Tangan Seanthasia yang sudah ada di genggamannya itu dia tarik mendekati bibir. "Saya merasa terhormat, karena anda mau menerimanya." Seanthasia bisa sepenuhnya merasakan bibir merah muda sehat milik anak laki-laki itu menyentuh punggung tangannya.

Mereka berdua kemudian berbaur dengan para bangsawan lain untuk berdansa.

Musik yang dimainkan sangat indah. Membuat langkah kaki itu tampak beraturan.

Shion sekarang merasa senang sekaligus gugup diwaktu bersamaan. Dia senang karena Seanthasia berdansa bersamanya.

"Tapi ... kenapa anda yang memegang pinggang saya?!" Wajahnya bersemu merah. Dia tidak berani berteriak, dia hanya berucap lirih.

Bukankah posisi mereka tertukar? Seharusnya Shion yang melingkarkan tangannya pada pinggang ramping milik Seanthasia dan bukan sebaliknya.

'Tapi kenapa malah seperti ini?!' Begitulah kalimat yang kira-kira Seanthasia tangkap dari raut wajah Shion. Anak laki-laki itu harus mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap Seanthasia.

"Itu karena saya yang lebih tinggi," ucapnya tanpa rasa bersalah.

Wajah Shion semakin merah. Dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajah malunya itu. "Tapi, kan! Saya seorang laki-laki. Lagipula! Saya juga tidak terlalu pendek."

Seanthasia menampilkan senyum miringnya. Gadis ini mendekatkan wajahnya pada telinga Shion. "Tetap saja, anda hanya setinggi telinga saya."

"Cih! Anda menggoda saya!" ungkapnya setelah Seanthasia mengatakan hal itu. Shion merasa bulu kuduknya berdiri saat Seanthasia begitu dekat dengannya. Bukan karena takut, namun karena hembusan nafas lembut itu.

Shion yang menyadari kalau Seanthasia hanya menggodanya membuat gadis ini terkekeh geli. Setelah itu, dia berusaha menahan tawanya ketika melihat wajah Shion yang sudah merah padam itu menatapnya dengan begitu tajam.

"Bukannya takut, saya merasa kalau anda malah menjadi semakin menggemaskan," ucap Seanthasia lalu tersenyum.

~~*~~

Di tangan Killian terdapat secarik kertas berisi tulisan tangan seseorang dengan pesan singkat di dalamnya.

Akibat kertas berukuran kecil itu, Killian harus mau merelakan dansanya dengan Seanthasia.

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang