Berbeda dengan Seanthasia dan Lucian yang menunggu di luar kamar. Claudia dan Ayahnya menemani Shion sepanjang malam.
Sebelum mereka mengirimkan Shion kembali pulang ke kediamannya sendiri. Dia sudah terlebih dahulu mendapatkan penanganan dari dokter pribadi Duke of Vardion. Tapi, pria itu belum kunjung sadar.
Sampai sore ini, Shion baru membuka matanya kembali. Meskipun, Seanthasia belum boleh menjenguknya.
"Shion."
Pintu kamarnya berderit. Seanthasia baru diizinkan masuk saat malam hari. Itupun atas permintaan Shion pada Ayahnya.
Wanita ini berdiri di samping tempat tidur. Sedangkan Shion, dia hanya menyandarkan punggungnya pada kepala kasur. Wajahnya pucat. Bibir merah muda alaminya kehilangan warna.
Senyum Shion membuat tenggorokan Seanthasia terasa kering. Dia memeluknya.
Seanthasia menenggelamkan wajahnya pada bahu Shion. Dia bisa merasakan wanginya. Wangi Shion, mirip seperti bunga sweet pea.
Bunga tahunan yang tumbuh dalam waktu singkat dan kemudian mati.
"Seanthasia..." bisik Shion. Seanthasia masih tenggelam dalam pelukan Shion.
Jemari tangan pria itu menepikan helai rambut merah muda Seanthasia yang menghalangi leher. Setelahnya, Shion meletakkan kepalanya pada lekuk leher itu.
Hidungnya bisa semakin merasakan bau tubuh Seanthasia. Bau yang menenangkan, membuat Shion ingin sekali menangis. Satu kali lagi.
Kalimat ini dengan berat hati harus Shion ucapkan. Tapi, Seanthasia harus tahu. "Aku, sudah tidak bisa berjalan lagi..."
Shion bisa merasakan kalau Seanthasia memeluknya semakin erat, hingga rasanya sesak. Tunangannya pasti sudah lebih dahulu tahu tentang kondisinya.
"Maaf." Seanthasia menjauhkan wajahnya. "Ini semua salahku. Andai saja, kau tidak menolongku. Pasti hal ini tidak akan pernah terjadi."
Alisnya menebal. Shion menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya juga menyentuh pipi Seanthasia. Tak lupa, dia menyeka air mata itu.
"Tidak, Seanthasia. Ini salahku. Ini salahku karena menolong mu." Dia mendekatkan wajahnya. "Tapi! Ada satu hal yang harus kamu tahu. Bahwasanya, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika aku gagal menyelamatkanmu."
Jantung Seanthasia mencelos. Hatinya semakin perih saat melihat senyum tipis Shion. "Pada intinya, jangan menyalahkan dirimu sendiri, Seanthasia. Ini semua adalah takdir yang harus aku terima." Takdir karena aku mencintaimu.
~~*~~
"Ukh..." Shion menghembuskan napasnya kasar. Aku belum sepenuhnya terbiasa dengan ini.
Sudah seminggu sejak Shion mulai menggunakan kursi roda. Seminggu itu juga Seanthasia keluar masuk mansionnya.
Dia akan datang berkunjung mulai dari pagi, dan pulang saat matahari terbenam.
Shion bisa mendengar pintu kamarnya di ketuk. Itu pasti Seanthasia. tebaknya.
"Oh! Tidak! Seanthasia tidak boleh melihatku dalam posisi seperti ini." Niatnya, Shion hendak berpindah tempat. Dari kasur menuju kursi roda. Namun, dia belum mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.
"Tolong, jangan masuk dulu!" teriaknya sembari berusaha kembali ke atas kasur.
Tapi, seolah tidak mau mendengarkan pinta Shion, pintu kamarnya tetap dibuka. Membuat Shion panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]
Fantastik[REINKARNASI KE DALAM NOVEL BL] Seanthasia sedari awal sudah bertekad untuk hidup damai tanpa memperdulikan para tokoh utama dalam novel tempat ia mendapatkan kehidupan keduanya. Semuanya berjalan dengan baik, sampai Duke of Vardion--Ayahnya, membaw...