JTMS2-END | EXTRA BAB

3.3K 159 26
                                    

Langit malam hari yang pekat seperti warna rambutnya hanya dihuni oleh bulan. Dia tidak ditemani oleh satupun dari triliunan bintang-bintang.

Begitu pula dengan Lionel Deka Emperaton. Anak laki-laki berusia enam tahun ini sudah sedari sore berada di perpustakaan Constantine, sendirian.

Dia menikmati waktunya untuk membaca sebuah buku. Tapi, mata hijau zamrud Lionel sepertinya sudah cukup lelah untuk menatap buku tanpa satupun gambar.

Dia yang masih terduduk beralih ke hal yang lain. Tangannya naik untuk membuka kalung liontin yang selama ini menggantung di lehernya. Di dalam liontin, terdapat gambar seorang wanita.

Lionel terus menatap gambar ini. Dia menghela napasnya pelan lewat mulut.

Pada awalnya, aku takut akan mendapatkan perlakuan buruk karena statusku yang seorang tawanan perang. Tapi, sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkan hal itu lagi. Mereka semua memperlakukan aku dengan sangat baik. batinnya.

"Benda apa itu?"

"...!" Lionel memekik. Dia dikejutkan dengan dua anak kembar yang muncul entah darimana.

Tiba-tiba saja mereka sudah ada di samping kanan dan kiri Lionel.

Suara langkah kaki meraka saat memasuki perpustakaan bahkan tidak terdengar oleh Lionel.

Dia mengusap-usap dadanya berulangkali. Dirinya sangat bersyukur karena tidak terkena serangan jantung.

Lionel kemudian sedikit menoleh ke arah kanan. Dia dapat melihat Ailyn De Constantine.

Gadis kecil seusianya itu harus berjinjit agar bisa melihat apa yang sedang Lionel pegang.

Melihatnya, Lionel dengan penuh kesadaran turun dari kursi. Dia melepaskan liontin miliknya dan menunjukannya pada Ailyn yang masih penuh dengan rasa penasaran.

Sementara, Kakak kembar laki-laki Ailyn--Adhelio De Constantine mengambil alih buku yang dibaca Lionel untuk dirinya sendiri.

Mata hijau cerah Adhelio menelusuri buku. Tidak lama kemudian, dirinya kembali menutup buku ini dan lebih tertarik untuk melihat liontin milik Lionel.

"Ini namanya liontin. Di dalamnya, kita bisa meletakkan sebuah gambar kecil," jelas Lionel pada Ailyn.

Ailyn yang tadinya mengangguk-angguk kini memasang wajah kesal karena Adhelio yang tiba-tiba menyelipkan kepalanya, membuat kepala Ailyn terdorong.

Tapi, gadis kecil ini dengan cepat mencari tempat kosong lainnya. Membuat dia bisa kembali memperhatikan liontin itu lebih jelas.

Kemudian, gadis kecil berambut merah muda ini mengernyitkan alisnya. "Orang yang ada di liontin ini adalah ... Ibu?"

Spontan saja, kedua anak laki-laki yang bersamanya ini menatap Ailyn berbarengan.

"Ibu kita berbeda dengan dia, Ai. Jadi, mana mungkin itu gambar Ibu," bisik Adhelio pada Ailyn.

"Tapi Ad, orang digambar itu punya warna rambut yang sama dengan Ibu juga aku. Warnanya sama-sama merah muda," bisik Ailyn balik.

Tentu saja Adhelio hanya memutar matanya. Mungkin adiknya ini masih berpikir kalau rambut merah muda hanya dimiliki oleh dia dan Ibunya.

Disisi lain, suara mereka berdua bisa didengar dengan jelas oleh Lionel.

"Um ... di dalam liontin ini adalah gambar Ibunda saya," kata Lionel.

"Ibunda?"

Lionel mengangguki pertanyaan Ailyn. "Iya, saya memanggil Ibu dengan sebutan Ibunda, sedangkan pada Ayah adalah Ayahanda." Lionel lalu tersenyum. "Itu tidak ada bedanya dengan anda memanggil kedua orang tua anda, dengan sebutan Ayah dan Ibu."

JANGAN TERLALU MENYUKAIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang