Suasana menegangkan masih menyelimuti mereka yang menunggu di depan ruang inap Javhi.
"Javhi......" lirih Azel terjatuh di lantai, dengan wajah yang pucat serta tanganya yang tiba - tiba mati rasa.
Azel masih terisak dengan Varen yang sudah memeluknya, Azel tidak bisa menghentikan tangisnya begitu saja karena rasa khawatirnya pada sang putra.
Marchel dan Anna yang awalnya hanya diam bingung melihat keadaan putri mereka itu. Marchel akhirnya beranjak untuk duduk lebih dekat pada putrinya yang kedatangannya tidak pernah ia sangka.
"Anak aku akan baik - baik aja 'kan?" Lirih Azel dalam dekapan Varen
"Iya sayang, semua pasti akan abik - baik aja" Jawab Varen mencoba menenangkan istrinya
"Varen" Panggil Marchel pelan tapi jelas didengar Varen dan Azel
"Iya, dad" Jawab Varen yang memang sudah lebih tenang
"Kenapa Azel bisa disini? Dan kenapa Azel menangis?" Tanya Marchel memastikan dugaannya
Marchel hanya ingin memastikan jika apa yang ia lihat ini adalah nyata, Marchel hanya ingin memastikan jika benar putrinya itu datang karena ingin melihat Javhi yang artinya Azel benar - benar telah mendapatkan ingatannya kembali
Pertanyaan yang terdengar tidak penting yang diajukan kepada seorang ibu yang anaknya sedang sakit di dalam.
"Javhi anak Azel, dad. Apa Azel gak boleh mengkhawatirkannya?"
"Maafin Azel, dad. Maaf jika selama ini kalian hanya melihat sisi keras dan dingin dari hati seorang Azel untuk putranya sendiri. Azel ingin menahannya agar selalu bersama Azel dan merawatnya dengan memberikan kasih sayang layaknya sebagai seorang ibu kepada anaknya. Tapi Azel terlalu dikuasai pikiran negatif yang mengatakan kalau Javhi bulan anak Azel, dad" ucap Azel dengan suara bergetar
Anna kemudian berjalan mendekati sang putri dan langsung membawa tubuh Azel kedalam dekapannya. Tangannya terulur untuk mengelus rambut panjangan sang putri.
"Mommy bersyukur karna ingatan kamu udah kembali, sayang" ucap Anna mulai menangis
"Azel lalai my, Azel lalai jadi seorang ibu. Azel gak pantes disebut sebagi ibu" isak Azel dalam dekapan Anna
Anna kemudian melepaskan pelukannya, kemudian kedua tangannya bergerak untuk memegang pipi mulus Azel membuat perempuan itu mendongak menatap sang mommy.
"Javhi kita akan baik - baik aja, Azel percaya 'kan sama mommy?" Ucap Anna meyakinkan sang putri
"Kamu adalah kekuatan Javhi, jadi kamu juga harus kuat" lanjut Anna dan diangguki Azel
~~~~~~~~••••••••••~~~~~~~~
Seperti yang dokter katakan setelah menangani Javhi tadi kalau fase demam berdarah Javhi sudah berada di fase yang kedua yaitu fase kritis.Javhi mengalami gejala muntah dan suhu tubuhnya yang menurun, terutama pada ujung lengan dan kaki. Penurunan suhu menandakan syok dan penurunan jumlah trombosit yang berbahaya.
Dan saat ini Javhi masih lemas berbaring diatas brankar rumah sakit.
"Mama......." lirih Javhi yang mulai membuka matanya
"Sayang, kamu bangun! iya, ini mama nak" Azel langsung tersenyum dan mencium putranya
Varen menekan tombol disisi brankar si kecil dan tidak lama dokter pun masuk menghampiri pasiennya.
Dokter kemudian mulai memeriksa anak itu dan mengecek suhu tubuhnya
"Kondisi Javhi masih lemah, nanti berikan Javhi bubur ya, dok"
KAMU SEDANG MEMBACA
VAREN: Imperfect Husband
JugendliteraturMenceritakan tentang Varen yang berusaha untuk membuat istrinya yang amnesia jatuh cinta kembali padanya "Gue udah kayak duda anak satu" •••••••• "Tuh duda nape natap gue sih!" "Dia bukan duda, dia suami kamu!" "Dih, amit - amit. Gak mungkin lah...