Di kamar bernuansa putih, seorang balita tengah tertidur pulas dengan posisi memeluk guling dan baby pacifier yang menempel di mulutnya.
Sinar matahari yang menembus dari jendela membangunkan anak itu. Javhi akhrinya memutuskan untuk membuka matanya dan mengumpulkan kesadaran.
Javhi kemudian duduk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Kaki mungilnya bergerak turun dari kasur dan berlari keluar dari pintu.
Javhi berlari menuju kamar yang berada disamping kamarnya, yaitu kamar Azel. Terlihat Azel sudah cantik dengan stelan bermerk Chanel dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penampilan Azel semakin sempurna dengan rambut yang tergerai indah, anting - anting yang tidak begitu mencolok ditambah lagi gelang yang membuat pemampilan Azel semakin sempurna dan terkesan elegant.
"Molning mama......." sapa si kecil dari ujung pintu. Sedangkan Azel hanya diam dan tidak sedikitpun menatap Javhi
Disaat bersamaan pula, Varen datang untuk mengajak Azel berangkat ke rumah sakit.
"Sayang, udah siap?" Tanya Varen, atensinya lemudian tertuju pada sang putra yang baru bangun dengan baby pacifier yang masih menempel di mulutnya
"Jagoan papa udah bangun hmm?" Varen langsung menggendong putra kecilnya itu
"Gue gak butuh sama perhatian dia, buat apa lo bawa dia kesini?" Ucap Azel dingin membuat Varen kaget dengan responnya
"Azel, kenapa ngomong gitu. Javhi cuma mau ketemu sama kamu" sahut Anna yang dari ujung pintu, hendak mengajak Azel dan Varen sarapan
"Azel gak peduli my, dan Azel juga gak butuh perhatian dia. Jadi lebih baik mommy suruh mereka keluar dari kamar Azel. Azel lagi gak mood buat ngomong" ujar Azel tanpa menoleh sedikitpun
"Papa.....mama ngusil kita?" Tanya Javhi menatap Varen dengan tatapan polosnya
"GUE MINTA KALIAN PERGI DARI SINI. JANGAN PERNAH LIATIN MUKA KALIAN LAGI DIHADAPAN GUE!" Bentak Azel membuat Javhi tersentak kaget dan langsung menenggelamkan wajahnya diceruk leher Varen
"Azel jangan bentak Javhi, dia masih kecil" Ucap Anna tidak suka dengan sikap putrinya
Selama ini ia bisa menahan dirinya dan bersikap biasa karena sikap sang putri masih dibatas wajar saat memperlakukan Javhi. Tapi kali ini, Anna tidak akan membiarkannya.
"Azel tau, makanya bawa anak itu keluar dari sini sebelum Azel ngomong lebih dari ini" Jawab Azel
"Azel kenapa kenapa kamu gini, aku tau kalau kamu gak suka sama anak - anak, tapi bukan berarti kamu bentak Javhi dan mengucapkan kata - kata kejam itu padanya" Ucap Varen lemah lembut
"Iya Azel, Javhi itu anak kamu. Tapi kenapa kamu jadi begini Azel" Timpal Anna menatap sendu pada sang putri
"Karena semenjak awal Azel udah gak suka sama kehadirannya, Azel memang gak pernah menyetujui daddy membawanya ke mansion ini. Lalu dimana salah Azel?"
"Hiks........papa tacut, mama malahin Javhi agi" Javhi sudah terisak dan memeluk erat leher Varen, anak itu tidak berani menatap ke arah Azel yang sedang emosional
"Asal lo tau ya? Gue gini karna lo! Sejak awal gue gak pernah menerima kehadiran lo saat daddy bawa lo kesini" tunjuk Azel pada anak itu
"Kenapa kamu jadi gini Azel. Gak, gak......kamu bukan Azel yang aku kenal dulu. Kenapa Azel aku begini?" Ucap Varen sendu
"YA! GUE BUKAN AZEL YANG LO KENAL DAN GUE JUGA GAK KENAL SAMA LO. JADI NGAPAIN GUE BERBAIK HATI SAMA LO DAN ANAK LO?!!" Teriak Azel tidak terkontrol, matanya juga sudah memerah namun sebisa mungkin ia menahan air matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
VAREN: Imperfect Husband
Novela JuvenilMenceritakan tentang Varen yang berusaha untuk membuat istrinya yang amnesia jatuh cinta kembali padanya "Gue udah kayak duda anak satu" •••••••• "Tuh duda nape natap gue sih!" "Dia bukan duda, dia suami kamu!" "Dih, amit - amit. Gak mungkin lah...