Hari ini Hannie masih berada di rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa kesehatan mental perempuan itu masih terganggu. Seperti hari-hari sebelumnya, Hannie masih enggan untuk berbicara dan masih menatap lurus dengan tatapan kosongnya.
Sedangkan Nicho masih tetap sabar menghadapi saudaranya itu. Nicho tetap mengajak Hannie berbicara meskipun tidak ada respon samasekali.
"Aku mau nikah sebelum aku meninggal" ucap Hannie tiba-tiba, meskipun tanpa ekspresi
"Menikah?" Beo Nicho yang duduk disamping saudaranya itu
"Apa kamu bisa menuruti permintaan terakhir aku, Nic?" Tanya Hannie dan membuat Nicho terkejut
"Han, kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu pasti bisa sembuh" tegas Nicho yang tidak suka dengan ucapan saudaranya
"Aku mendengar semua pembicaraan kamu sama Varen. Aku nggak bisa hidup dalam keadaan seperti ini. Aku cuma mau sebelum aku pergi, aku pernah menjadi istri dari laki-laki yang sangat aku cintai, walaupun hanya sebentar" ujar Hannie
"Aku pasti akan berusaha buat mewujudkan impian kamu itu" ujar Nicho dengan suara bergetar hebat
Cklek!
Pintu terbuka memperlihatkan Varen yang baru datang ke rumah sakit dimana Hannie dirawat.
"Nic, aku mau keluar menghirup udara segar sama Varen. Boleh 'kan?"
Varen saat ini sedang dilanda perasaan yang tidak tahu harus berbuat dan berkata apa sekarang.
"Jangan sampai lo ngomong macem-macem sama Hannie!" Tegas Nicho tepat disamping telinga Varen sebelum meninggalkan mereka
"Kamu boleh keluar sama Varen, aku juga mau keluar" jawab Nicho
Varen berpikir saat ini bukan waktu yang tepat untuk menolak keinginan Hannie. Jika Hannie tahu saat ini juga, itu bisa saja berpengaruh kepada kondisi mental perempuan itu.
Nicho kemudian mengambil kursi roda untuk Hannie. Ia mulai menggendong saudaranya dengan perlahan dan meletakkannya di kursi roda. Varen mulai mendorong kursi roda Hannie dan mereka keluar dari ruangan.
"Varen......" Panggil Hannie
"Ya?" Tanya Varen dengan berjongkok di depan Hannie dengan beberapa jarak di antara mereka.
"Dulu aku pernah bepikir akan menjadi istri kamu sebelum tau kalau kamu udah menikah dengan Azel. Kali ini bolehkan aku sedikit egois untuk sebentar aja" ucap Hannie menatap Varen
"VAREN!!!"
Bugh
Risyan melayangkan pukulan keras tepat diwajah Varen hingga membuatnya menoleh kesamping. Wajahnya memerah akibat pukulan keras dari sang papa.
"TERNYATA INI YANG UDAH KAMU LAKUKAN DI BELAKANG ISTRI KAMU! ISTRI KAMU PULANG KE MANSION DAN INI YANG KAMU LAKUKAN DIBELAKANGNYA?!!" Bentak Risyan sangat kecewa dengan sikap putranya
"Ayo" Nicho mulai mendorong kursi roda Hannie dan membawanya menjauh darisana
Bugh
"PAPA GAK NYANGKA KAMU SEBAJINGAN INI! AZEL DARI TADI NUNGGUIN KAMU YANG BELUM PULANG, TERNYATA KAMU MALAH DENGAN PEREMPUAN LAIN DI SINI!" Risyan kembali melayangkan pukulannya tepat dirahang Varen
"Papa kecewa sama kamu! Papa gak bisa bela kamu jika suatu saat nanti istri kamu pergi ninggalin kamu" lirih Risyan dengan napas memburu
"Papa salah dalam mendidik kamu. Kenapa kamu seperti ini Varen?" Ucap Risyan menghapus kasar air matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
VAREN: Imperfect Husband
Teen FictionMenceritakan tentang Varen yang berusaha untuk membuat istrinya yang amnesia jatuh cinta kembali padanya "Gue udah kayak duda anak satu" •••••••• "Tuh duda nape natap gue sih!" "Dia bukan duda, dia suami kamu!" "Dih, amit - amit. Gak mungkin lah...