"Ibu Viona silahkan masuk, mari saya antar" ucap perawat ramah dan lembut.
Wanita paruh baya itu berjalan dibelakang peratwat menuju pintu berwarna putih. Pintu terbuka suasana di dalam sungguh mencekam.
Wanita paruh baya itu mengamati tiap tata letak ruangan yang di susun sangat rapi dan bersih. Viona duduk tepat di depan meja kosong tidak berpenghuni. Suara pintu dari belakang terbuka, Viona menoleh ke belakang.
Laki - laki berjas putih, dengan rambut pendek yang sedikit panjang, tubuh atletis, kulit putih bersih, dan rahang tegas. Name tag dijas putih bertuliskan dr. Varen N. Mairetya. Varen tersenyum ramah, memamerkan deretan gigi putihnya.
"Siang Ibu Viona" ucapnya ramah
"Siang juga Dok"
"Keluhan ibu apa?" Tanyanya
"Akhir - akhir ini penglihatan saya kabur dok" ucap Viona
"Apa ibu merasa lebih haus dari biasanya dan sering buang air kecil?" Tanyanya Varen
"Iya dok"
Dr. Varen berdiri "silahkan berbaring, saya akan memeriksa ibu" ucapnya serius.
Wanita paruh baya itu menuruti Varen dan berbaring di tempat persegi panjang khusus untuk memeriksa pasien. Varen mulai dengan stetoskopnya, memeriksa lidahnya dan terakhir menepuk perutnya.
"Saya sakit apa dok" ucap Viona penasaran
"Ibu harus melakukan tes toleransi glukosa oral. Dalam tes ini, ibu harus puasa semalam. Nantinya, kadar glukosa darah ibu kemudian diperiksa pada jam satu, dua dan tiga. Selain itu, saya juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan apakah ibu terkena diabetes tipe 1 atau 2" ucap Varen menjelaskan secara detail
"Diabetes dok?"
"Iya buk, setelah ibu puasa semalam, barulah kita melakukan tes toleransi glukosa oral"
"Baik dok, terima kasih. Dokter masih siggle 'kan? Saya punya anak gadis loh" ucap pasien
Varen hanya bisa tersenyum "saya udah nikah buk"
"Maaf ya dok"
"Gapapa buk"
~~~~~~~•••••••~~~~~~~
Varen berjalan keluar dari AZ Hospital menuju parkiran karna akan menjemput Javhi putranya. Dokter tampan itu mengambil kunci mobil sport berwarna biru dari sakunya.
Papa muda itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang di jalan raya. Selang 20 menit mobil Varen sampai di Askan's Company. Varen keluar dari mobil kemudian berjalan dengan langkah perlaha menuju ruang CEO.
"Papa........" panggil Javhi antusias dan begitu ceria
"Jagoan papa" Varen berjongkok dan memeluk putranya itu kemudian mencium seluruh wajah Javhi
Cup
Cup
Cup
"Gimana mainnya nak? Seru?" Tanya Varen kemudian menggendong Javhi
"Seluuu.....banget pah. Javhi dapat mainan balu dali glandpa, pah" cerita Javhi antusias
"Oh ya? Papa boleh liat mainan baru Javhi?"
Javhi kemudian memperlihatkan kunci mobil sport yang dibelikan oleh Marchel tadi. Varen yang melihat itu hanya bisa geleng - geleng kepala dan beralih menatap sang mertua yang hanya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
VAREN: Imperfect Husband
Novela JuvenilMenceritakan tentang Varen yang berusaha untuk membuat istrinya yang amnesia jatuh cinta kembali padanya "Gue udah kayak duda anak satu" •••••••• "Tuh duda nape natap gue sih!" "Dia bukan duda, dia suami kamu!" "Dih, amit - amit. Gak mungkin lah...