TIGA PULUH EMPAT

911 102 2
                                    

Perjalanan ke rumah berlalu dalam keheningan. Freen melirik Rebecca, mengetahui dari ekspresi di wajah gadis itu kalau dia sedang memikirkan segalanya dalam kepalanya. Rebecca butuh waktu untuk memproses segalanya, Freen paham akan itu.

Dalam diam, Freen mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Rebecca. Gadis yang lebih kecil mendongak menatap Freen sebelum menunduk menatap tangan mereka, merasakan pacarnya mengelus punggung tangannya membentuk lingkaran. Sangat mengejutkan baginya hanya dengan satu sentuhan sederhana bisa membawa begitu banyak ketenangan.

Begitu mereka berhenti di jalan masuk rumahnya, Freen meremas lembut tangan Rebecca untuk memberitahunya kalau mereka sudah sampai. Gadis yang lebih kecil mendongak, melirik bolak balik antara Freen dan rumah, tersenyum gugup saat dia melihat banyak mobil di parkir di jalan masuk.

"Shit." Freen mengumpat pelan. "Ayahku pasti mengundang orang..." dia menggigit bibirnya dan mempelajari ekspresi pacarnya. Sangat mengejutkan, Rebecca memberikan senyuman berani dan meremas tangan Freen sebelum keluar dari mobil.

"Kita bisa langsung ke lantai atas." Freen menggelengkan kepalanya, mengejar Rebecca dan mengikutinya menyusuri jalan setapak menuju pintu depan. "Kita tidak harus i-,"

"Beccaaaaaaa!" Magie tersenyum lebar, mendorong pintu depan terbuka dan berlari untuk menggenggam tangan gadis yang lebih tua. "Ayah membuat hotdog! Ayo!"

Freen baru akan mengucapkan sesuatu, tapi Rebecca melirik ke belakang padanya dan memberinya senyuman meminta maaf sebelum mengikuti Maggie ke halaman belakang. Freen berdiri kebingungan beberapa detik, dengan cepat menyadarkan kembali dirinya dan berlari mengejar Rebecca.

Freen segera bergegas menyapa anggota keluarga yang datang untuk makan malam, tetapi dia terus mengawasi Rebecca, yang telah ditarik ke dalam permainan saling menjaga jarak dengan anak-anak yang lebih kecil.

Begitu Freen bisa melepaskan diri dari keluarganya, dia berlari menuju grup anak kecil dan memberi Rebecca senyuman kecil, memberi isyarat padanya untuk mendekat. "Keberatan kalau aku meminjamnya sebentar?" dia tertawa, menoleh pada Maggie, yang mengangguk senang sebelum kembali pada permainannya.

"Kurasa kamu bisa istirahat." Freen tertawa pelan saat Rebecca menatapnya bingung. Gadis yang lebih kecil mengangguk setuju. Terkadang Freen mengenalnya lebih baik daripada dirinya sendiri.

Freen menggenggam tangan Rebecca, melirik ke belakang mereka sebelum menuntunnya menuju rumah pohon di halaman belakang. Dia menghabiskan banyak waktu di sana saat dia masih kecil kalau dia butuh pergi menjauh dan menjernihkan pikirannya. Mungkin Rebecca juga bisa melakukan itu.

Setelah memanjat rumah pohon, Freen mengulurkan tangannnya pada Rebecca, yang menerimanya dengan bosan. Freen merebahkan tubuhnya pada lantai kayu dan menatap atap, menoleh untuk menatap Rebecca yang duduk diam di sebelahnya. Dia menyadari kalau gadis itu belum bicara sepatah katapun sejak mereka masuk ke mobil.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Freen pelan, mengulurkan tangan dan menautkan jemari mereka. Rebecca menatap ke bawah pada pacarnya, menggigit bibirnya dan menatap tangan mereka.

"Apa itu salahku?" gadis yang lebih kecil akhirnya bertanya, memenuhi udara kosong. Freen langsung duduk, memiringkan kepalanya ke samping.

"Apa?" gadis bermata hijau bertanya. Rebecca mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya, mencoba membatalkan pertanyaannya. Tentu saja, Freen tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Tidal, apa?" tanya Freen pelan, menarik tangan Rebecca. "Aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiranmu."

Gadis bermata cokelat menghela nafas berat dan menatap kembali Freen, berhenti sejenak. "Kenapa?" bisik Rebecca. Freen membuka mulutnya untuk bicara, tapi Rebecca menggelengkan kepalanya, menyebabkan Freen dengan capat merapatkan rahangnya kembali.

BLUE - FreenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang