"Hari ini ulang tahunku?" tanya Rebecca pelan dari kursi belakang mobil Kade. Setelah mereka menenangkan Rebecca, gadis yang lebih kecil itu sangat gembira karena mereka akan pergi makan pizza.
Freen harus menjelaskan padanya bahwa hari ini adalah ulang tahunnya, tapi Rebecca masih belum mempercayainya. Gadis bermata cokelat itu berasumsi kalau dia akan mengingatnya kalau itu adalah hari ulang tahunnya. Dia merasa tidak pada tempatnya.
"Hari ini tanggal 22, BB, hari ulang tahunmu." Freen tertawa pelan, meletakkan tangannya pada lutut Rebecca dan tanpa sadar membentuk lingkaran pada jinsnya.
"Kamu yakin?" Rebecca memiringkan kepalanya ke samping.
"Iya, konyol." Freen tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Kenapa kami harus berbohong tentang itu?"
"Aku tidak ingat." Rebecca menundung menatap lantai dan menghela nafas. "Aku tidak tahu hari ulang tahunku."
"Well, sekarang kamu tahu." Kade menimpali dari kursi pengemudi. "Kamu lahir tanggal 22. Yang adalah hari ini. yang membuat hari ini menjadi ulangtahunmu."
"Oh." Bisik Rebecca. Freen mengulurkan tangannya dan meraih tangan pacarnya, mencium punggung tangannya.
"Bukan masalah besar." Bsisik Freen lembut. "Kamu tahu sekarang, hanya itu yang penting. Sekarang kita akan rayakan."
"Dengan pizza." Gumam Rebecca, senyum kecil menyebar di wajahnya. Freen tidak bisa menahan tawanya.
"Omong-omong soal pizza," Noey menunjuk keluar jendela saat Kade memasuki parkiran restoran. Wajah Rebecca berbinar, dan Freen harus menahan tangannya untuk menghentikannya melompat dari mobil yang masih bergerak.
"Orang lain akan ikut makan malam dengan kita juga." Freen tersenyum, menyadari truk hitam Toby di sudut parkiran. Rebecca berhenti, memberikan pacarnya tatapan kebingungan.
"Siapa?" tanyanya. Semua gadis membuka sabuk pengaman mereka dan keluar dari mobil begitu Kade sudah parkir. Freen menunjuk ke arah truk Toby, dimana Irin baru saja keluar dari kursi penumpang.
"Hati-hati!" Freen memanggil Rebecca, yang sudah menyeberangi parkiran. Untungnya, Irin melihatnya datang, dan nyaris harus menangkap gadis itu saat dia memeluknya dalam pelukan.
"Ini ulangtahunku!" Rebecca tersenyum lebar saat dia melepaskan diri dari pelukan. Freen berlari menghampiri mereka, mengisyaratkan pada teman-temannya untuk mengikuti.
Toby membenturkan tinjunya dengan Rebecca, yang menyebabkan mereka berdua mengeluarkan suara ledakan. Freen dan Irin bertukar pandang, dan gadis berambut cokelat itu memutar matanya.
"Terkadang rasanya seperti mengasuh anak." Canda Irin, menyebabkan tawa Freen meledak.
"Aku tahu maksudmu." Gadis bermata indah itu mengulurkan tangan dan memperbaiki posisi topi kupluk di kepala Rebecca, bertepatan dengan tiga teman serumahnya bergabung dengan mereka.
"Uh, guys, ini Irin dan Toby." Freen berbalik untuk memperkenalkan teman-temannya. "Mereka teman dari kelas seni."
"Dan ini adalah teman serumahku." Dia berbalik pada Irin dan memberinya senyum lembut. "Nam, Kade, Noey." Dia menunjuk pada tiap gadis. Rebecca cekikikan di belakangnya.
"Nam itu kejam." Rebecca berbisik pada Toby, mendapatkan pelototan bercanda dari Nam.
"Aku lapar." Noey mengumumkan, mendorong Rebecca ke arah pintu masuk. Gadis yang lebih kecil tertawa, berlari kembali ke sisi Freen hingga dia bisa memegang tangannya dan menuntunnya ke dalam restoran.
Mereka semua masuk ke dalam bilik berbentuk lingkaran, dengan Rebecca terjepit dengan bahagia diantara Nam dan Freen. Dia menunduk melihat menu yang dia bagi bersama Freen, menelusurkan jemarinya di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE - Freenbecky
Fiksi PenggemarBuku kedua dalam Yellow Series Cerita ini bukan miliki saya, hanya terjemahan dan konversi dari buku berjudul Blue → camren yang ditulis oleh @txrches. Setelah perjalanan yang panjang dan lama, Freen akhirnya yakin bahwa dia dan Rebecca telah mencap...