Reminder: Penghujung Tahun 2023
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Wow, Jin. Tiga hari kau menghilang dan rambutmu langsung pirang? Kau masih sempat ke salon untuk menata rambutmu rupanya." Sindir Matt saat kami keluar kelas. Jin hanya tersenyum datar pada Matt. Matt menggelengkan kepala. Jin langsung menutupi rambutnya dengan Hoodie pinknya agar tidak terlalu menarik perhatian dan diledek oleh Matt.
"Tapi sikap dinginmu tidak berubah."
"Jin, apa kau tahu? Luna terlihat stress saat kau tidak ada. Kau harus lihat mukanya yang pucat tak bermake up. Beda dengan sekarang yang sudah kembali cantik dan ceria." Jelas Matt sambil berusaha mencubit pipiku.
"MATT.. " Teriakku malu. Matt mengangkat bahunya.
"Aku hanya ingin Jin tahu bagaimana keadaanmu saat ditinggalkan olehnya, supaya dia tidak berani meninggalkanmu lagi, Luna." Jelas Matt lagi sambil sedikit melirik Jin malas.
"Oke, aku minta maaf karena sudah membuatmu mengkhawatirkan Lunaku." Jawab Jin menanggapi sindiran Matt. Matt menatap Jin tajam.
"Sebaiknya kau tepati janjimu." Matt mewanti-wanti Jin sambil menunjuk ke kedua matanya dan mata Jin dengan jari telunjuk dan jari tengah bolak balik. Kali ini Jin yang menggelengkan kepalanya melihat sikap Matt.
"Kalian berdua berisik sekali." Selaku menatap Matt dan Jin. Mereka berdua kaget dengan suaraku yang memecah keheningan dan 'keakraban' mereka.
"Matt, yang berpacaran dengan Jin itu Aku, kenapa kau yang cerewet? Apa kau ingin berpacaran dengan Jin?" Matt langsung menggelengkan kepalanya.
"Jin, kau seharusnya minta maaf padaku bukan kepada Matt. Kau membuat sedih Matt atau aku?" Jin langsung mengangguk dan menunjukku.
"Kalian bertengkar seolah-olah kalian berdua yang pacaran." Jawabku sambil menggelengkan kepala mengakhiri pembicaraan dan pergi meninggalkan Matt dan Jin yang masih bingung. Kemudian mereka berdua mengejarku hingga ke taman belakang sambil beradu sikut seperti anak kecil dan mengakhirinya ketika aku kembali melirik tajam mereka berdua.
"Luna, aku sampai lupa. Ibuku membuatkan ini untukmu." Matt mengeluarkan kotak kecil yang dibungkus rapi saat kami bertiga sudah duduk dikursi taman. Aku langsung membukanya. Ternyata sebuah bros rajut berbentuk bunga Lily.
"Mommy Dee yang membuatnya sendiri?" Tanyaku yang dijawab anggukan oleh Matt. Aku langsung memasang bros tersebut diatas kantong baju sebelah kiriku dan memotretnya kemudian mengirim gambar tersebut ke Mommy Dee untuk mengucapkan terima kasih.
"Koleksi bros rajut bungaku akhirnya bertambah. Terima kasih karena sudah mengantarkannya, Matt." Matt menatapku dengan lega karena aku sudah tidak sekesal sebelumnya.
"Ibuku juga bertanya apakah kalian bisa datang kerumah akhir bulan ini? Ayahku akan datang." Ajak Matt. Aku melirik Jin. Khawatir kejadian sebelumnya akan terulang lagi nanti.
"Kami akan datang." Jawab Jin yakin sambil melirik sebentar padaku dan mengedipkan kedua matanya mengisyaratkan tidak apa-apa.
"Jin, nanti kau jangan dandan terlalu tampan seperti kemarin, aku tidak mau Mom lebih memilihmu lagi daripada aku. Kau pakai saja baju pink-pink seperti ini sesuai stylemu." Pinta Matt agak manja dan cemburu karena takut perhatian Mommy Dee beralih ke Jin seperti sebelumnya.
"Maaf Matt, hal itu tidak bisa aku penuhi karena aku memang sudah Worldwide handsome dari lahir." Jawab Jin sambil menebarkan kertas warna warni seperti biasanya.
Aku tertawa melihatnya, tak pernah aku bosan dengan kepercayaan dirinya ini dan mulai memunguti kertas warna warni yang berjatuhan. Matt melihatnya hampir muntah dengan berpura-pura bersuara seperti orang mau muntah yang justru membuatku semakin tertawa.
Kami semua tertawa melihat tingkah absurb masing-masing.
Tiba-tiba ponselku dan ponsel Matt berbunyi bersamaan. Kami mengecek pesan yang masuk ternyata dari grup kampus yang menginformasikan bahwa kuliah siang ini ditiadakan dan hanya memberi tugas yang sudah dishare di grup sambil aku memberitahukan juga kepada Jin karena dia tidak memiliki ponsel.
"Aku suka jika kuliah seperti ini terus." Jawab Matt tiba-tiba. Aku dan Jin melihatnya sambil menggelengkan kepala. Matt yang melihat kami juga ikut menggelengkan kepala.
"Jin, pasti kau akan memikirkan hal yang sama denganku. Jika kau tidak sepintar Luna." Jin kembali menggelengkan kepalanya. Harus kami akui bahwa Jin memang pintar. Semua nilai mata kuliahnya sempurna tanpa cela.
"Justru kau harus lebih rajin dari kami, Matt." Jawab Jin menyindir. Matt menyipitkan matanya.
"Kau jahat." Jawab Matt manja. Aku lagi-lagi tertawa melihat tingkah dua bayi ini.
"Ah sudahlah, aku mau pulang saja. Lebih baik aku pulang dan melanjutkan tidurku yang sempat tertunda." Pamit Matt sambil pergi meninggalkan kami.
"Bye, Matt" Matt langsung melambaikan tangannya tanpa menoleh.
Aku dan Jin saling menatap.
"Ayo kita pulang." Ajak Jin. Jin baru saja akan menciumku namun kutahan. Kututup bibirnya dengan tanganku.
"Kau mau apa?" Tanyaku.
"Teleportasi" Jawab Jin dengan suara kurang jelas karena mulutnya masih kututup dengan tanganku tapi aku mengerti yang dimaksud.
"Apakah teleportasi harus selalu menciumku?" Jin mengangguk dengan semangat.
"Kau ingin mengajakku teleportasi atau hanya ingin menciumku?" Tanyaku. Jin langsung tersenyum sambil menaikkan dua jarinya.
"Dua-duanya" Jawabnya. Aku menyipitkan mataku mendengar jawabannya yang terlalu jujur. Kemudian aku melepaskan tanganku yang sedang menutupi bibirnya.
"Kita berjalan saja seperti biasa. Aku tidak butuh teleportasi dan.. Kau juga sembarangan menciumku tanpa ijin." Jawabku tegas. Tak kukira dia loncat-loncat sebal seperti anak kecil saat mendengar jawabanku. Sedikit menggemaskan tapi keputusanku tidak akan kuubah. Aku langsung mengajaknya jalan bersamaku.
"Ayo kita pulang." Aku sudah berjalan mendahuluinya. Jin akhirnya mengikutiku dari belakang masih dengan perasaan kesal.
Kami sudah tiba di apartemenku dua puluh menit kemudian, sedikit lebih lambat karena Jin mengeluh sepanjang jalan. Aku tidak mengerti dengan perubahan sikapnya ini. Kali ini dia kekanak-kanakan sekali. Bahkan saat aku masuk melalui pintu apartemen, dia masih saja masuk dari balkon. Aku justru takut ada orang yang melihatnya dan mengira dia pencuri dan sebagainya.
"Jin, saatnya kau menjelaskan semuanya kepadaku." Kataku memulai percakapan saat kami sudah tiba dikamarku. Jin masih santai duduk disofaku memainkan boneka katak chibi yang kupajang dirak buku sebelah sofa. Menerbangkan boneka itu lebih tepatnya.
"JIN" Teriakku kesal. Boneka katak chibi yang sedang terbang itupun jatuh ke lantai bersamaan dengan Jin yang kaget mendengar teriakanku.
"Apa yang ingin kau tahu, Luna?" Tanya Jin, sikapnya berubah kembali seperti biasa.
"Semua yang perlu aku ketahui.. Tentangmu." Jawabku. Jin menghela nafasnya.
"Jika aku mengatakannya, apa kau akan masih sayang padaku dan tidak membenci atau takut kepadaku?"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Spesial banget published hari ini karena hari terakhir di tahun 2023.
Pada kemana nih malam Tahun Baru?
Ada ga yang dirumah ajah sambil baca Wattpad?
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Astronaut
FanfictionMenurut Ramalan bangsanya, jodoh Jin berada di Bumi. Oleh karena itu dengan pesawat UFOnya dia terbang ke bumi untuk mencari jodoh manusia buminya yang bernama Luna. Tapi tiba-tiba Lex membuatnya menjauh dari Luna. Akankah Luna kembali kepada Jin, d...