Bab 42 END

19 2 0
                                    


Hari pernikahan

"Maaf Ibuku tidak bisa datang untuk menghadiri pernikahan kita, Luna." Kami sudah selesai melangsungkan pesta pernikahan dan sedang berada dikamar hotel tempat kami menginap baru saja selesai mengganti pakaian pernikahan kami dengan piyama. Aku yang sebelumnya menjadi Lex kemudian berubah menjadi Jin setelah selesai makan malam karena ingin juga merasakan pesta pernikahanku. Luna menggelengkan kepalanya

"Aku tidak apa-apa, kau sudah menjelaskan bagaimana sulitnya Ibumu untuk datang ke bumi. Aku pun tidak bisa memaksa. Justru aku yang mengkhawatirkanmu."

"Aku?" Luna mengangguk.

"Aku ingin kau tidak larut dalam kesedihan karena tidak bisa bertemu Ibumu." Luna menggenggam tanganku lembut.

"Ya, aku memang sedih. Meski disini sudah ada Mom, tapi aku tetap memerlukan Ibuku disaat-saat terpenting dalam hidupku seperti hari ini." Luna mengusap pipiku.

"Hei... Masih ada aku disini." Aku menatapnya dan kulihat bayanganku sendiri di dalam bola matanya.

"Luna, kau adalah tujuanku datang ke bumi." Aku mengambil tangan Luna yang sedang mengusap pipiku dan mengecupnya.

"Dan kau adalah tujuan hidupku." Kami tersenyum bersama, tanpa sadar aku mengubah diriku menjadi Lex.

"Lex?" Tanya Luna bingung. Aku tersenyum.

Sebelumnya aku beberapa kali mencoba untuk mengubah diriku menjadi Lex atau bahkan sebaliknya saat menjadi Lex dan ingin mengubah diri menjadi diriku sendiri namun tidak berhasil karena aku masih belum tahu bagaimana caranya. Tapi ternyata saat ini tanpa sadar aku bisa mengubah diriku menjadi Lex.

"Setelah kita menikah, aku bisa terbangun sendiri berkat cincin pernikahan kita yang diberikan Ibuku." Luna masih terlihat bingung.

Aku merapatkan tangan kananku dan tangan kanannya untuk memperlihatkan dan menyatukan cincin pernikahan kami. Permata Mineral yang berada di kedua cincin kami langsung menyatu.

"Cincin ini berasal dari mineral khusus planetku, dipakai oleh pasangan yang telah menikah. Aku bisa mengubah diriku sendiri dan kaupun bisa hidup dan bernafas di planetku tanpa bantuan oksigen." Luna terlihat kagum dengan penjelasanku sambil melihat kembali cincinnya. Kemudian melepaskan cincin yang sedang bersatu tersebut agar bisa melihat lebih dekat.

"Bahkan saat Ibumu tidak datang, beliau sangat memikirkan kita berdua. Aku jadi ingin cepat bertemu dengannya." Pinta Luna.

"Jika keadaan sudah aman, aku akan mengajakmu kesana. Untuk saat ini tugasku adalah menjagamu." Aku tersenyum kemudian mataku fokus kepada piyama yang dipakai Luna.

"Luna Sayang, kau tahu malam ini malam apa?" Tanyaku lembut memberinya petunjuk padanya.

"Malam pernikahan kita?" Terkanya. Aku langsung mengangguk.

"Berarti kau adalah istriku dan aku adalah suamimu." Luna mengangguk bingung dengan arah pembicaraanku.

"Ya, lalu?"

"Lalu kenapa kau masih memakai piyama ini? Kau merusak imajinasiku." Rengekku sambil mencubit dan mengangkat piyama yang sedang dikenakannya. Luna kembali melihat piyamanya sendiri.

"Aku lebih nyaman memakainya." Jawabnya santai. Aku menyipitkan mataku tidak percaya dengan jawaban yang diucapkannya. Sambil mengerucutkan bibirku dan melepaskan cubitanku pada piyama tersebut. Luna bergegas berbaring dikasur, menyelimutinya sendiri dan melihatku.

"Kau tidak tidur?" Tanyanya. Mengapa aku harus tidur? Mengapa kami tidur di malam pernikahan kami? Mengapa? Mengapa kau tidak mengerti maksudku Luna? Padahal aku sudah menggantikan Jin agar bisa 'memakanmu'. Pikiranku memberontak karena harapan tidak sesuai dengan ekspektasi. Aku menggeleng.

"Bisakah tolong kau matikan lampunya?" Aku mematikan lampu kamar sehingga hanya tersisa cahaya remang dari lampu tidur di atas nakas di sisi tempatku tidur dan juga Luna.

Aku terduduk diatas kasur sambil menyilangkan kedua tanganku dan melirik Luna yang tidur memunggungiku. Mata dan pikiranku masih sangat segar sekali bahkan kupaksa pejamkan mataku pun tidak bisa. Aku bergulat dengan diriku sendiri mengenai hal yang sedang terjadi saat ini.

"Lex.. " Tiba-tiba Luna bangun karena melihatku masih duduk diatas kasur dan memanggilku.

"Ya?"

"Kau marah?" Apakah aku harus menjawab Ya? Bukankah Luna seharusnya tahu?

"Tidak." Jawabku singkat sambil membelai rambutnya berusaha mengontrol emosiku.

"Kembalilah tidur, kau terlihat lelah sekali. " Luna menggeleng. Dia mengubah posisinya menjadi duduk menyamping di atas pangkuanku. Membuatku kaget namun langsung kurangkul pinggangnya. Luna pun mengalungkan tangannya di leherku.

"Kau kenapa?" Tanyaku. Luna kembali menggeleng masih memelukku.

"Aku cinta padamu." Luna mengatakan sambil melihatku dan tersenyum. Aku pun tersenyum padanya.

"Aku lebih mencintaimu, istriku." Jawabku di dekat telinganya. Aku langsung mengubah piyamanya menjadi gaun tidur dengan kekuatanku dan malam pertama kami pun akhirnya dimulai.

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Welcome home! Kim Seokjin... 12 Juni 2024.

Ah.. seneng banget ceritanya selesai di tanggal kepulangan wamil Jin. (paksain dikit sih, wkwk)

Anggap ajah ini hadiah dari Wingz ya, Jin.. 


Untuk semua yang sudah baca, vote, komen, follow, masukin cerita ini di perpustakaan dan Daftar Bacaan.. Terima kasih, ya.

Support kalian sangat membantu sekali.. bikin Wingz semakin bersemangat untuk bikin karya yang lain.

Mungkin sama seperti cerita lain sejenisnya.. karya ini terinspirasi dari lagu  The Astronaut - Jin. 

Wingz mau bikin spin off nya nih.. Cerita Matt dan Jane. Siapa ya yang kira-kira masih nungguin?

Karakter Matt ada yang tau nggak, siapa? jelas banget padahal dari sikap manjanya, wkwkw.. 


Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏

My Dearest AstronautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang