Hayo..hayo.. jangan lupa pada nyoblos ya.
_______________________________________________________________________________
Aku langsung pamit pada Pamanku dan berteleportasi ke apartemen Luna. Tapi karena aku belum berubah menjadi Jin. Maka jarak teleportasiku terlalu pendek, aku harus beberapa kali teleportasi hingga akhirnya berada di apartemen Luna.
"Lex.. Kau mengagetkanku." Ternyata aku langsung berada di dekat sofa yang biasa kududuki.
Pada saat itu Luna sedang mengerjakan sesuatu di meja belajar yang sekaligus berfungsi sebagai meja makan. Perlahan aku mendekati dan duduk disampingnya. Akhirnya terlihat jelas olehku bahwa saat ini dia sedang mengerjakan tugas dari paman Sam yang baru saja dibagikan tadi.
"Luna..sayang.." Panggilku yang tidak ditanggapi olehnya.
"Maafkan aku karena membuatmu cemburu." Aku menatap matanya yang sama sekali tidak menatapku. Masih sibuk dengan tugas yang sedang dikerjakan.
"Siapa bilang aku cemburu." Jawabnya kesal masih menulis sambil mengerucutkan bibirnya membuatku gemas.
"Lalu kenapa tadi kau pergi meninggalkanku?" Tanyaku sambil menempelkan daguku di bahunya. Luna langsung mendorong wajahku dengan tangannya berusaha untuk menjauhkanku darinya.
"Jangan terlalu dekat." Katanya masih kesal. Terlihat sekali kalau dia sedang cemburu.
"Luna, apa kau tidak ingin aku terlihat oleh orang lain? Apa kau ingin Jin yang selalu menemanimu?" Tanyaku. Aku sempat berpikir seperti itu sesaat, dilihat dari respon orang-orang terutama gadis-gadis di kampus yang sebelumnya cuek dan menganggap Jin sedikit aneh dengan pakaian pink dan sikap sok imutnya. Sedangkan saat aku muncul, sikap mereka berubah justru berusaha menyapa dan mendekatiku yang justru membuat Luna sedih. Aku tidak ingin Luna bersedih dan kemudian meninggalkanku. Tanpa sadar aku melamun sendiri dengan wajah sedikit murung dan dilihat oleh Luna.
Luna langsung menoleh padaku dan menghiraukan tugas yang sedang dikerjakannya.
"Aku tidak ingin terlihat egois jika harus memilih siapa yang harus menemaniku setiap harinya."
"Tapi memang benar, hari ini aku cemburu sekali padamu dan aku tidak suka." Lanjutnya sambil memukul dadaku karena kesal. Aku meraih tangannya dan menciumnya.
"Kau tahu, itu artinya kau sayang padaku." Kulihat wajah Luna memerah karena jawabanku.
"Siapa bilang aku tidak." Jawabnya sambil memalingkan wajahnya malu. Aku mengusap pipinya lembut agar dia memandangku.
"Maafkan aku, aku tidak tahu efeknya akan sebesar itu. Itu benar-benar hal yang mendadak sekali hingga aku tidak siap untuk menghindarinya."
"Aku tidak akan muncul lagi di kampus tanpa izin mu. Sepertinya Jin lebih bisa menemanimu tanpa menarik perhatian daripada aku."
"Apakah menurutmu seperti itu?" Tanya Luna. Aku mengangguk.
"Sebenarnya aku tidak masalah dengan siapa aku ditemani. Asal kau atau Jin tidak macam-macam dan berbuat aneh-aneh. Seperti tadi." Jawabnya.
"Tapi aku kan tidak melakukan apa-apa. Bagaimana itu bisa disebut berbuat macam-macam?" Aku menjadi bingung sendiri. Memang benar hari ini aku tidak melakukan apa-apa seperti tebar pesona ke gadis-gadis lain. Aku bersikap seperti diriku yang biasanya tapi tiba-tiba saja gadis-gadis itu yang mulai mendekatiku. Dimana salahku? Aku semakin bingung hingga menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.
Luna memajukan mulutnya kesal dan menghiraukanku, lanjut mengerjakan tugasnya.
"Baiklah.. Luna, aku minta maaf. Aku tahu letak kesalahanku. Kalau begitu aku tidak akan muncul kecuali kau yang menginginkannya." Luna langsung menoleh padaku.
"Tapi kan aku tidak menyuruhmu seperti itu. Aku tidak mau dianggap egois karena harus memilih salah satu dari kalian.. "
"Aku dan Jin tidak akan menganggapmu seperti itu. Lagipula kau bisa memintaku menemaniku saat disini, misalnya dan ditemani Jin saat di kampus. Kami bisa berbagi tugas untuk menemanimu. Atau kau bisa terus bersama Jin sebelum kita menikah dan aku akan bersamamu setelah menikah, perananku lebih penting disaat kita sudah menikah nanti." Selaku menjelaskan kepada Luna agar dia tidak menganggap dirinya buruk sambil sedikit aku menggodanya.
"Menikah? Apakah kau sudah berpikir hingga ke tahap itu?"tanya Luna. Aku justru mengangkat kedua alisku karena pertanyaannya.
" Memang kau tidak?" Luna menggelengkan kepalanya.
"Aku pikir kita masih terlalu muda untuk memikirkan hal itu. Masih ada tujuan lain di masa depan yang ingin aku capai sebelum menikah." Jelasnya mengenai tujuan hidupnya.
"Aku akan menunggumu. Kau raihlah cita-citamu dahulu, aku akan setia mendampingimu dalam keadaan apapun." Luna yang mendengarnya langsung tersipu.
"Kata-katamu seperti sedang melamarku.. " Luna menempelkan kedua tangannya di pipinya karena tersipu.
"Apa kau menerima lamaranku?" Tanyaku iseng. Bahkan aku tidak sadar kalau kata-kataku terdengar seperti sedang melamarnya. Tapi kulihat Luna menggelengkan kepalanya. Membuatku sedikit kecewa, meski aku tahu pasti jawabannya.
"Baiklah."
"Tapi kenapa perananmu lebih penting ketika kita menikah? Bukankah sama saja seperti saat ini?" Tanya Luna penasaran. Lagi-lagi aku mengangkat kedua alisku, bingung bagaimana caraku untuk menjelaskannya. Akhirnya aku mendekati telinganya dan berbisik.
"Hanya aku yang bisa melakukan itu denganmu. Kau pun tahu itu. Apa aku perlu mengingatkanmu lagi bagaimana aku menyentuhmu?" Luna langsung menjauhiku dan memegang kerah bajunya sendiri erat saat aku baru saja menempelkan tanganku di pinggangnya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi sebelum kau minta. Percayalah." Aku mencoba meyakinkannya.
"Kau yakin kejadian waktu itu tidak akan terulang lagi?" Tanyanya masih memegang erat kerah bajunya. Aku mengangguk.
"Maafkan aku karena telah berbuat seperti itu sebelumnya." Sesalku mengingat kembali peristiwa saat pertama kali aku terbangun oleh sentuhan Luna.
"Aku ingin bertemu Jin."
Pov Luna
Kenapa Lex mengingatkan peristiwa itu lagi padaku bahkan sambil menyentuhku, Aku jadi tidak ingin bertemu dengannya karena membuatku kembali trauma. Bahkan sentuhannya berbeda dengan Jin. Apakah aku harus membicarakan ini dengan Jin? Tapi Jin sama dengan Lex bagaimana mungkin aku bisa semudah itu menceritakannya.
Lex sudah berubah menjadi Jin karena permintaanku. Tapi ucapan Lex tadi masih terngiang di kepalaku bahkan saat ku melihat Jin. Sepertinya Jin menyadari hal itu.
"Luna.. Ayo kita jalan-jalan hari ini." Ajaknya tiba-tiba mengalihkan perhatianku.
"Kemana?" Aku bertanya dengan semangat melupakan kejadian sebelumnya.
"Ada tempat yang ingin kau kunjungi lagi?" Tanya Jin. Aku langsung mencoba mengingat sekaligus mencari di internet melalui ponselku.
"Bagaimana kalau kita kesini?" Aku memperlihatkan tujuanku yang baru saja aku cari di ponsel.
"Bali? Jauhkah?" Tanyanya. Aku mengangguk.
"Tidak bisa?" Tanyaku agak sedikit kecewa.
"Bisa, kalau kita teleportasi. Kau mau?" Ajaknya. Aku berpikir sejenak. Teleportasi dengan Jin berarti dia harus mengecup bibirku. Berarti akan menjadi yang keempat kalinya dia mengecupku. Pikiranku hanya seputar itu saja sehingga membuatku ingin mengubah destinasiku.
________________________________________________________________________________
Sa ae Luna minta jalan-jalannya ke Bali.. Ikutlah kita.
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Astronaut
FanfictionMenurut Ramalan bangsanya, jodoh Jin berada di Bumi. Oleh karena itu dengan pesawat UFOnya dia terbang ke bumi untuk mencari jodoh manusia buminya yang bernama Luna. Tapi tiba-tiba Lex membuatnya menjauh dari Luna. Akankah Luna kembali kepada Jin, d...