"Kau tidak perlu menggantinya, jika kau mau berkencan denganku hari ini."
"Aku... Tidak bisa, Matt."
"Apa kau punya pacar?" Tanyaku. Dia menggeleng.
"Aku menyukaimu. Apa kau menyukaiku?"
"Aku belum mengenalmu dan aku tetap tidak bisa."
"Lalu apa masalahmu?" Terlihat Jane sedikit bingung untuk menjawab.
"Aku tidak bisa sembarangan berkencan, ayahku melarangnya." Jawabnya.
"Berapa usiamu?" Tanyaku.
"Dua puluh tahun."
"Dua puluh tahun dan masa depanmu tetap ditentukan oleh ayahmu?" Jane hanya mengangguk mengiyakan.
Aku masih ingin mendebatkannya tapi Pintu lift sudah terbuka maka kami segera keluar. Tangan Jane masih kugenggam erat sehingga dia terus mengikutiku.
"Sakit, Matt." Keluhnya masih berusaha melepaskan genggamanku. Akhirnya kami berhenti di dekat atrium Mall dan kulepaskan genggaman tanganku. Jane masih memegangi tangannya yang sejak tadi kugenggam.
"Apakah sesakit itu?" Tanyaku khawatir. Jane mengangguk dan memperlihatkan lengannya yang kemerahan padaku. Aku tak mengira kalau genggamanku terlalu keras padanya. Aku langsung mengusap tangannya lembut dan meminta maaf.
"Maaf, Jane." Kulihat perubahan dari lengan yang sebelumnya memerah kini sudah normal kembali. Jane langsung mengambil kembali lengannya.
"Tidak apa. Tapi aku benar-benar harus pulang sekarang. Ayahku sudah menungguku." Aku mengangguk.
"Apakah kita bisa bertemu kembali?" Tanyaku penuh harap. Jane hanya tersenyum dan langsung pergi meninggalkanku.
***
Saat ini
Sejak hari itu pikiranku selalu gundah tak menentu, seperti seseorang yang sedang rindu akan kehadiran kekasihnya tapi kenyataannya bahkan dia bukan kekasihku. Sempat beberapa hari setelah kejadian itu aku ke Mall diwaktu yang sama hanya sekedar bisa bertemu dengannya namun nihil. Tak sekalipun aku bertemu dengannya.
Kegundahanku itu membuatku merasa jijik dan muak ketika melihat pasangan yang bermesraan. Sama seperti ketika tadi kulihat Jin dan Luna yang sedang bersenda gurau berdua tapi sangat mengganggu pemandangan dan mental sehatku.
Tak lama kami sudah tiba di Kampus. Hari ini merupakan hari yang penting bagi Jin karena hari ini adalah Graduation Day Jin sekaligus pengangkatan dirinya menjadi Asisten Profesor. Makanya kami semua sudah sibuk berdandan sejak pagi.
Acara Graduation berjalan lancar, kami berfoto-foto untuk mengenang kelulusan Jin. Ketika ku baru saja kembali dari toilet, sekilas aku melihat gadis berambut pirang sebahu melintas di dekatku menuju Profesor Sam.
Bahkan aku melihat juga gadis tersebut berbincang dengan Jin dan Luna dengan sangat akrab. Tak lama gadis itu undur diri dan berjalan menuju kearah kelas.
'Jane?' aku langsung berlari mengejarnya sebelum dia menghilang.
"JANE" Teriakku masih berlari mendekatinya. Jane yang merasa dipanggil langsung mencari arah suara itu berasal. Begitu dia membalikkan badannya ke belakang, aku sudah langsung memeluknya yang membuatnya kaget.
"Matt?" Tanyanya, berusaha melepaskan dirinya dariku untuk melihat dengan jelas siapa orang yang sedang memeluknya. Aku hanya mengangguk tanpa melepaskan pelukannya.
Setelah beberapa kali Jane mencoba untuk melepaskan diri dari pelukanku akhirnya dengan sangat terpaksa dia berteleportasi agar keluar dari pelukanku.
Aku tahu seharusnya aku kaget karena melihat dia berteleportasi, dia pun heran mengapa aku tidak seterkejut itu. Aku hanya tersenyum memandangnya yang sudah berdiri dengan jarak yang agak jauh dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Astronaut
FanfictionMenurut Ramalan bangsanya, jodoh Jin berada di Bumi. Oleh karena itu dengan pesawat UFOnya dia terbang ke bumi untuk mencari jodoh manusia buminya yang bernama Luna. Tapi tiba-tiba Lex membuatnya menjauh dari Luna. Akankah Luna kembali kepada Jin, d...