Risha duduk bersimpuh. Raka, ikut
menyejajarkan dirinya dengan cewek itu. Tanpa aba-aba Raka langsung memegang bagian bawah lutut Risha dan leher belakang perempuan itu lalu mengangkatnya. Digendong ala bridal style.Risha menutup matanya. Lelah sekali. Dirinya sangat lemas, tidak ada tenaga sedikitpun. Dia hanya bisa pasrah saat tubuhnya digendong oleh Raka.
Indra pendengaran Risha menangkap suara bising tidak jauh darinya. Entah apa yang dibicarakan. Lambat laun suara itu menghilang digantikan dengan bunyi langkah sepatu Raka. Suara sepatu itu menggema melewati lorong memanjang di koridor sekolah.
Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka. Bau obat-obatan begitu tajam menusuk hidung Risha, sedikit menghilangkan wangi mint yang tadi ia cium. Rasa empuk dan nyaman menghampirinya. Pegangan tangan hangat itu pergi dari belakang leher Risha diganti dengan bantal empuk di kepalanya. Wangi parfum mint itu menjauh dari indra penciumannya. Bau alkohol menyengat tepat di depan cewek itu. Rasa perih menjalar dari birir ke seluruh tubuh Risha.
"Aw ... aw, " ringisnya pelan.
Mata Risha terbuka. Efek spontan dari rasa perih yang dirasakannya tadi. " Raka," ucap cewek itu memandang cowok di depannya.
Heran. Satu kata yang ada di benak Risha sekarang. Sejak kapan lelaki dingin itu mengobatinya. Apakah benar dia Raka atau jangan-jangan setan yang sedang menyamar!
"Raka," ucapnya lagi. Memastikan.
"Hm."
Hanya gumanan yang terdengar dari cowok di hadapannya. Terlihat sosok yang sedang mengobatinya ini sedang membersihkan luka di kaki Risha.
"Aw." Risha mengaduh lagi, kesakitan.
Dengan telaten cowok itu mengobatinya. Membalut luka di kaki Risha menggunakan perban.
Rambut hitam legam. Bola mata gelapnya melihat ke arah tungkai Risha membuat cewek itu terperangah.
"Demi apa Raka ngobatin gue? Ini serius? Beneran bukan hantu, kan? Tapi tadi dia diem aja ngeliat gue di bully. Maksudnya apa coba? Harusnya, kan tinggalin gue aja tadi. Kalo mau jadi jahat, jahat aja sekalian. Gausah setengah-setengah gini. Gue gapaham, deh sama jalan pikirannya. Lagian juga orang kaku kaya Raka ngobatin gue? Itu, kan mustahil!" batin Risha. Banyak pertannyaan yang ada di benaknya.
Kriitttttt
Suara bangku berderit mengalihkan pikiran Risha. Lelaki itu bangun dari kursi. Sepertinya ia telah selesai membalut luka cewek itu.
"Lo, mau kemana?" tanya Risha spontan. Pandangannya menatap orang yang telah menolongnya.
Tidak ada jawaban darinya.
"Raka, lo, mau kemana?" tanyanya sekali lagi.
"Gue masih ada urusan," jawabnya singkat lalu pergi meninggalkan Risha sendirian di UKS.
Risha hanya diam memandangi kakinya sendiri. Pikirannya berkecamuk. Kejadian mengerikan tadi terlintas diingatan Risha. Saat bagaimana tubuhnya dikeroyok ramai-ramai. Saat rasa perih menjalar ke seluruh badannya. Waktu darah mengalir dari bibir Risha dan bagaimana lelaki itu menatap ke arahnya.
Risha menghela napas. Pada akhirnya cowok itu yang menolongnya. Padahal ia sangat yakin tidak akan ada yang membantunya, terlebih lagi Raka! Menurut Risha, Raka itu cowok jahat, mengabaikan kasus bullying yang terjadi di sekolah, sedangkan dia itu ketua OSIS! Demi apapun, jika tidak ada yang menolongnya ia akan melaporkan kasus ini ke polisi. Semuanya akan Risha laporkan, termasuk Raka yang hanya bisa menonton. Lagipula ada CCTV di sekolah. Buktinya sudah ada. Dirinya dan kamera pengawas yang diletakkan di lapangan basket.
Waktu 'pun berlalu. Setelah sampai rumah dan mendengar ceramah ibunya tentang luka yang ia dapat. Perempuan itu ingin datang ke sekolah. Menemui kepala sekolah lalu meminta pertanggung jawaban ke orang tua Karin dan teman-temannya.
Ngomong-ngomong tentang kepala sekolah, Risha jadi teringat dengan Pak Kusuma, ayahnya David. Bagaimana kabarnya? Semoga tidak terjadi hal buruk.
Sehabis mandi, makan, dan belajar Risha bergegas ke rumah sakit. Tempat dimana ayah David dirawat. Menggunakan baju lengan pendek dan rok panjang sebetis untuk menutupi lukanya. Dia tidak ingin orang-orang melihat kakinya yang dibalut kain kasa. Tak lupa Risha memakai riasan tipis di wajah. Agar lebam yang ada di mukannya tersamarkan. Tentu saja lipstik bewarna merah muda ia oleskan di bibir. Perfect, kata itulah yang menggambarkan dirinya sekarang. Terlihat cantik di kaca. Tidak akan ada orang yang berpikir bahwa cewek cantik sepertinya habis dikeroyok. Termasuk juga David, cowok itu pasti tidak akan tahu tentang kejadian hari ini. Ntah lah, Risha tidak mau membuat David khawatir. Apalagi ayahnya masih di ICU. Menambah beban pikiran David.
Bangunan besar dan tampak modern terlihat di depan Risha. 'Husada Hospital' terpampang jelas di bangunan itu. Risha berjalan pelan, melewati pintu kaca otomatis serta beberapa orang yang hilir mudik.
"Luas banget," batin Risha menatap lobby utama rumah sakit. Terdapat antrian mandiri dan juga satpam yang berjaga. Belum lagi kursi tunggu yang kelihatan premium itu. "Kayanya pasien BPJS gabisa masuk sini, deh," pikirnya ngasal. Setelah bertanya pada resepsionis, Risha langsung menaiki lift karena ruangan Pak Kusuma ada di lantai tiga.
Ting
Pintu lift terbuka. Sosok laki-laki tertunduk lesu di koridor. Seragam putih abu-abu masih melekat di badannya. Risha bergegas menghampirinnya. Langkah kaki Risha terhenti. Cewek itu mendekat perlahan. Duduk mensejajarkan dirinya dengan lelaki tadi.
"David," panggil Risha pelan.
Hening, tak ada jawaban darinya.
Ditepuknya bahu David perlahan. "David," panggil Risha sekali lagi.
"David. Lo, gapapa, kan?" tanyanya memastikan.
"Hm."
Hanya gumanan lesu yang terdengar. Risha memegang tangan David. Menaruh tangan itu di pangkuannya, menggenggamnya. Lelaki itu tampak berantakan. Rambutnya acak-acakan, seragamnya lusuh dan kepalanya yang terus tertunduk ke bawah.
"Bokap gue masih di ICU."
TBC
A/N
Menurut kalian cerita ini dibikin happy end/sad ending? Author cuma pengen tau pendapat kalian. Tenang aja yak cerita ini bakal aku selesein cuma emang slow update aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Proof
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Risha yang baru pertama kali terlambat masuk sekolah bertemu dengan David, yang notabenenya Bad boy dan memintanya untuk menjadi pacarnya karena alasan tertentu. Bagaimanakah hari-hari Risha selanjutnya? Apa alasan David memi...