☕ ~ 12

740 46 4
                                    

Kringgg kringgg kringgg

Suara alarm itu terus menerus berdengung membuat orang yang sedang tertidur tidak jauh dari situ terbangun akibat suaranya.

Tangan Risha mengambil alarm itu dan menekan tombol yang ada di atasnya, matanya terbuka perlahan karena efek dari sinar yang muncul di layar alarmnya.

04:00 AM

Mata Risha terbuka penuh saat melihat angka di layar alarm itu, ia langsung bangkit dari kasurnya dan menyalakan lampu yang ada di kamarnya. Seperti biasa, ia belajar terlebih dahulu sebelum azan subuh dikumandangkan. Tidak seperti hari kemarin, ia bangun jam 06.15 AM karena begadang sampai larut malam hanya untuk mengerjakan tugas kelompok.

Selesai belajar, Risha langsung bergegas untuk mandi dan sarapan, bisa dipastikan ia tidak akan kesiangan lagi seperti kemarin.

Risha tidak selalu berangkat bersama dengan ayahnya, jam masuk yang berbeda menjadi alasannya. Berjalan kaki sendiri di sekitar area perumahan butuh waktu kurang lebih lima belas menit untuk sampai ke depan dan mencari angkot.

Risha melewati perjalanannya kali ini dengan santai tidak terburu-buru oleh waktu. Merasakan segarnya udara di pagi hari.

Angkot bernomor 08 itu tepat berhenti di depan Risha, sesudah ia sampai di jalan raya saat melewati perumahan tadi. Ia menaiki angkot itu dan duduk di paling ujung dekat dengan kaca belakang agar ia bisa lebih bersantai dan tidak terganggu oleh orang lain.

Menutup mata sejenak, Risha berpikir bagaimana cara membujuk Raka supaya ia tidak menghapus ekskul jurnal yang diketuai olehnya. Risha harus melakukan apa yang disuruh Bu Rani, pembina ekskul itu, ia tidak ingin nilai B.Indonya jelek hanya karena Bu Rani adalah guru Bahasa Indonesianya. Ia harus bisa mendapatkan ranking satu di kelas dan mendapat beasiswa agar tidak membebani kedua orang tuanya, maka dari itu tidak boleh ada satu pelajaran-pun yang nilainya di bawah KKM.

Menghela napas pelan, Risha yakin ia pasti bisa, "Gue harus percaya diri, gue pasti bisa." Pikirnya menyemangati dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, angkot itu hampir sampai di tujuan Risha. Mata Risha menatap jalan dari kaca depan angkot itu. "Kiri, mang, " ucapnya saat menyadari ia sudah sampai di sebuah jalan yang menuju ke arah sekolahnya.

Risha turun perlahan dari angkot dan membayar sopir itu dengan uang pas lalu ia berjalan dengan santai menuju sekolahnya. Risha tidak naik angkot sampai ke gerbang sekolah, karena memang tidak ada angkot yang melewati jalan tersebut dengan tujuan agar nantinya tidak menjadi kemacetan dan yang diperbolehkan masuk hanyalah motor atau mobil pribadi. Untungnya jarak dari depan ke gerbang sekolahnya tidak terlalu jauh sehingga Risha tidak capai akibat berjalan kaki terus.

Pandangan Risha melihat motor yang ada di depannya, tapi bukan itu fokusnya, melainkan cowok yang sedang mengendarai motor itu. Orang yang baru saja dipikirkan tadi di angkot. "Raka!" Batinnya setelah ia yakin apa yang dilihatnya memang benar.

"Raka!" Risha mengeluarkan suara yang cukup kencang supaya terdengar oleh orang yang sedang ia panggil.

Raka memelankan laju motornya, tampaknya ia mendengar suara teriakan tadi, menyadari itu Risha langsung menghampirinya. Bukan bermaksud untuk menebeng atau mencari perhatian Raka, tapi karena ada persoalan yang belum diselesaikan dengannya.

"Hhh ... Hhh ...." Risha menahan napasnya, setelah sampai di samping Raka ia menetralkan napasnya terlebih dahulu sesudah berlari tadi. "Raka, lo mau, kan ngaktifin ekskul jurnal lagi?" tanyanya sambil menatap Raka dengan pandangan berharap.

Raka melirik ke arah Rihsa dan malah balik bertanya kepadanya, "Apa penjelasan kemarin belum cukup jelas?!" tanyannya lebih kepada ke pernyataan.

Risha tersentak dengan pertanyaan Raka, jelas-jelas ia tahu perkataan Raka yang kemarin dan membuatnya melamun di angkot. Tidak mungkin ia melupakannya. "Iya, tapi ..., " Risha melirik ke arah lain agar tidak bertemu pandang dengan Raka yang sedang menatapnya tajam, "Gue berharap lu berubah pikiran," lanjutnya dengan suara yang agak kikuk. Risha memang benar-benar berharap lebih kepada Raka, meskipun tidak yakin Raka akan mendengarkan perkataannya atau tidak.

You Are ProofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang