☕ ~ 17

401 22 1
                                        

Hamparan bintang di langit. Bulan menampakkan sinarnya. Angin malam merasuk ke kulit David yang hanya memakai seragam sekolah.

Tak banyak orang ataupun kendaraan yang berlalu lalang di jalan yang dilewatinya, tak membuat David khawatir akan adanya penjahat ataupun semacamnya, dia sudah terbiasa pulang larut malam.

Pandangan David lurus ke depan, memperhatikan jalan yang dilewatinya. Setelah balapan selesai, ia langsung menuju rumahnya yang melewati pasar.

Tiba-tiba, matanya terpaku pada cewek yang tak jauh darinya. Berjalan sendirian dengan tergesa-gesa.

Rambut sepunggungnya dikuncir satu, memakai kaos biasa bewarna kuning, serta celana bahan selutut. Dari postur serta tubuhnya ia sangat mengenalinya. Ngapain malem-malem gini dia masih ada di sini?!!

"Risha!" langsung saja David memanggil cewek yang ada di depannya.

Tubuh Risha menegang mendengar namanya dipanggil. Cewek itu diam membatu, tak bergerak sedikit-pun sampai David berada tepat di sampingnya.

David menolehkan kepalanya dan menatap Risha yang tampak terkejut, lalu cewek itu melangkah mundur. Melihat itu, David langsung membuka kaca helmnya yang bewarna hitam jika terlihat dari jauh.

Cowok itu memandang Risha dengan sorot mata tajam. Apakah ia tak mengerti, seorang gadis sepertinya berjalan sendirian larut malam seperti ini sangat berbahaya!

"Cepet naik!"

Cewek itu hanya diam.

"Gue, anter lo, balik!" lanjutnya.

Tapi Risha malah menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri seolah sedang mencari seseorang.

Mata David mengikuti arah pandang Risha, melirik ke kanan dan ke kirinya yang tampak sepi, tak ada orang selain mereka berdua.

Menghela napas pelan, David berucap, " Yaudah, kalo gak mau. Gue, cabut."

Cewek itu lansung berjalan cepat ke arahnya. "Gue mau," ucap Risha spontan.

David tersenyum tipis. Hanya dengan cara itu membujuk Risha. Mana mungkin, ia meninggalkan Risha sendirian di sini.

Risha menatap wajah David lekat. Tangannya bergerak ke atas, mengusap ujung bibir David dengan ibu jarinya.

"Bibir lo, kenapa?"

Cowok itu memalingkan wajahnya. "Gue, gak papa," ucapnya.

"Terus, kenapa bibir lo, bisa sampe berdarah."

"Cuma luka kecil. Cepet naik! Udah malem." David langsung menutup kembali kaca helmnya dan menatap ke depan.

Seolah David tak ingin dibantah, Risha yang mengerti, pun langsung naik ke atas motor David dan cowok itu mengantar Risha sampai rumahnya.

***

Risha duduk di bangku kelas. Pikirannya melamun kemana-mana. Kemarin, setelah David mengantarnya ia menanyakan sesuatu pada cowok itu. Tentang kenapa David pulang larut malam dan masih memakai seragam sekolah.

Gue, pengen ngelepas beban gue.

Hanya itu jawabannya. Setelah itu David menyuruhnya untuk segera masuk ke rumah dan tidur. Tadinya Risha ingin menanyainya kembali namun ibunya sudah menunggu dirinya di depan pintu.

Tepukan di bahu membuat Risha meyudahi lamunannya.

"Ris, ada info tuh, tentang basket." Risha menoleh mendengar perkataan sahabatnya, Lintang.

"Info apaan?" tanyanya penasaran.

"Liat aja di mading."

Langsung saja Risha berjalan menuju mading yang ada di koridor. Menghampiri mading itu, Risha membaca dengan seksama poster bewarna oren yang terpampang di hadapannya.

You Are ProofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang