"ASTAGA DEMI APA RAKA NINGGALIN GUE?!"
"DEMI APA GUE HARUS JALAN KAKI AMPE RUMAH?!"
Risha berteriak kencang. Suaranya melengking tajam terdengar ke penjuru sekolah. Mukanya merah padam menahan malu, kesal, dan marah. Gapapa, kan gue teriak? Gaada yang denger, kan? Sekolah juga udah sepi?
Kepalanya langsung tertunduk lemas, matanya sudah redup ia lelah jika harus seperti ini terus. Tidak ada kemajuan sama sekali. Sama saja, Raka tetap seperti itu, dan satu lagi ia pulang jalan kaki hari ini. Tatapan Risha semakin memelas.
Cewek itu berjalan pelan ke depan, tanpa mempedulikan langit yang sudah gelap.
Harus bagaimana lagi?
Entahlah, dia-pun bingung yang pasti saat ini ia harus pulang dulu ke rumah, setelah itu mandi dan tidur untuk menjernihkan pikiran.
GRENG GRENG
suara dentuman motor mengalihkan pikirannya. Kepalanya yang sedang tertunduk menjadi tegak. Motor sport bewarna kuning ada di hadapannya.
"David," panggilnya pelan.
Siapa lagi yang mempunyai motor sport di sekolah selain David terlebih bewarna kuning mencolok seperti dirinya.
Berandalan sangat mencolok di sekolah bukan?
Laki-laki itu memajukan motornya, kaca helm dibuka menampakkan sepasang matanya yang coklat. "Cepetan naik," ucapnya.
Risha masih mematung depan cowok itu.
Gue ditungguin ? Seriusan?"Cepetan naik! Apa mau gue tinggal ?!" Perintahnya lagi. Tanpa ba-bi-bu cewek itu langsung naik. "Malaikat penyelamat gue ... wait wait dia denger teriakan gue, kah?" tanya nya dalam hati. Dilihatnya cowo itu hanya diam tak acuh lalu melajukan motornya.
Gatau kali, ya. Buktinya diem aja.
Karena David sudah tahu rumahnya, dia tidak perlu lagi menunjukkan jalan. Baru seperempat perjalanan perut Risha keroncongan. "Lo, laper?" Tanya David cepat.
Pipinya langsung memerah mendengar pertanyaan David. "Iya," jawabnya malu.
"Mau ketoprak lagi?"
"Terserah lo," ucapnya pelan, masih malu-malu akibat perutnya yang tidak bisa diam, ia merutuki dirinya sendiri karena sering kelaparan. Bayangkan setiap dua jam sekali rasanya lapar.
"Ntah lah, mungkin ini genetik," pikirnya ngaco.
"Oke, ketoprak," ujar David. Cowok itu sedang malas menebak-nebak apa yang ingin dimakan cewek itu sekarang.
Setelah sampai gerobak ketoprak, mereka-pun turun. Tak lupa David melepas helm hitam di kepalanya. Risha menghampiri tukang jualan makanan itu. "Ketopraknya dua ya, Pak. Satu pedes, satu ga pedes," ujarnya.
"Siap neng."
Hanya ada satu meja dan satu kursi panjang, tipe-tipe jualan di pinggir jalan. Yah, memang seadanya, tapi untuk soal rasa jangan diragukan lagi enaknya. Ketoprak langganan Risha disini, selain karena rasanya yang lezat harganya-pun sangat murah hanya delapan ribu per porsi. Jika dipikir pikir bagaimana penjual itu dapat untung dengan mematok harga di bawah standar pedagang ketoprak lain?
David duduk di sebelahnya, memalingkan wajahnya ke samping. Menghadap Risha. "Lo, kenapa?" Tanya cowok itu.
Wajah Risha lesu, pandangannya tertunduk ke bawah memikirkan sesuatu. "Gue gapapa," jawabnya singkat.
"Oke." David tidak ingin bertanya lebih jauh lagi, ia sangat kesal tadi melihat Risha bersama seorang lelaki di parkiran motor sekolah, terlebih lagi cewek itu berteriak kencang.
Kenapa? Ninggalin? Risha ditinggalin, kah? Yah, benar dia memang ditinggal. Tak lama setelah Risha berteriak ada laki-laki yang baru saja keluar dari sekolah.
Ntah apa yang mereka bicarakan saat itu. David tidak mengenal siapa cowok itu. Peduli setan siapa dia. Lelaki dengan tubuh tinggi, kulit putih, dan rambut hitam legam.
"Cakepan juga gue." Pikirnya.
Keheningan menyelimuti mereka. Suara dentingan sendok dan bisingnya motor yang terdengar saat ini. Tidak ada yang memulai berbicara, sepasang muda mudi itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Risha masih saja mengingat kejadian tadi bersama Raka. Laki-laki sepertinya sangat sulit untuk didekati.
Mungkin mustahil?
Walau bagaimanapun Raka memperlakukannya, ia harus meluluhkan hati Raka. Nilai B. Indonesia nya akan terjun karena masalah ini. Ia paham betul kedudukan antara murid dan guru jauh lebih tinggi guru meskipun murid itu berprestasi. Tidak ada yang membantu jika nilainya turun, hanya diri sendiri lah yang dapat menolong.
Siapa yang peduli dengan hal itu? Mereka memikirkan dirinya masing-masing.
Yap, benar ... Raka prioritas utamanya sekarang.
A/N
Hallo guys... Apa ada yg masih nungguin cerita ini?
Komen ya biar aku jadi semangat ngelanjutin nya
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Proof
Ficção Adolescente[REVISI SETELAH TAMAT] Risha yang baru pertama kali terlambat masuk sekolah bertemu dengan David, yang notabenenya Bad boy dan memintanya untuk menjadi pacarnya karena alasan tertentu. Bagaimanakah hari-hari Risha selanjutnya? Apa alasan David memi...