☕ ~ 8

765 87 16
                                    

Risha hanya diam memandangi ketua OSIS itu, dilihatnya ia sedang berbicara dengan anggota OSIS yang lain dan membaca proposal itu.

Risha akui, apa yang dikatakan Lintang ada benarnya. Cowok itu memang tampan dan terlihat cuek, dilihat dari cara bicaranya yang terkesan datar dan tidak banyak omong.

"Sebelumnya terimakasih karena kalian semua telah menghadiri rapat. Sudah kami putuskan bahwa semua proposal ini kami terima dan akan ditandatangani oleh kepala sekolah," ucap wakil ketua OSIS yang membuat Risha bernapas lega, "kecuali satu ekskul yang tidak kami terima, yaitu eksul jurnalistik dan akan kami non aktifkan ekskulnya."

Risha tercengang mendengar itu, ia-pun langsung berdiri dari tempat duduknya, "Maaf sebelumnya, tapi atas dasar apa kalian menon aktifkan ekskul jurnal?"

"Karena ekskul itu tidak pernah aktif dan seperti tidak ada pengurusnya sama sekali!" jawab wakil ketua OSIS itu.

"Tapi tidak usah dinon aktifkan juga," ucap Risha sambil menghembuskan napasnya pelan, "saya akan membuat ulang proposalnya, saya harap anda tidak menon aktifkan ekskulnya!"

"Ini bukan keputusan kami, ini adalah keputusan ketua OSIS!"

"Saya tau, ekskul saya tidak berjalan sesuai aturannya," kata Risha menatap ketua OSIS itu seolah meminta keringanan, "Saya janji akan membuat ekskul jurnal menjadi lebih baik lagi."

"Saya tidak ingin melanggar aturan," ucap Raka datar dan melihat Risha dengan pandangan dingin, "rapat ini selesai!"

Semuanya berdiri dan meninggalkan tempat itu. Risha hanya diam seraya memandangi Raka, ia kesal kepadanya tetapi ia sadar ini semua memang salahnya.

Setelah aula sepi, barulah Risha berjalan meninggalkan tempat itu. Tadinya Risha ingin menemui Raka, tapi niatnya diurungkan karena lebih baik ke kelas terlebih dahulu.

Sesampainya di kelas, Risha langsung duduk di bangkunya dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Ris, lo kenapa sih lemes gitu? Padahal, kan ini lagi classmeet," ujar Lintang yang melihat sahabatnya lesu seperti itu.

Risha mengangkat kepalanya ketika ada yang berbicara dengannya, "Gue lagi pusing aja, gara-gara ekskul yang gue pimpin dinon aktifin."

"What! Kok bisa?"

"Lo kan, tau Tang kalo gue jarang ngejalanin ekskul. Kumpul aja setahun sekali, itu ge kalo gue lagi niat."

"Kalo gitu ekskul lo bisa aja dibubarin," balas Lintang seraya memandangi Risha, "tapi emang salah lo juga. Makanya, sekali-kali lo itu mikirin ekskul soalnya selama ini yang ada di otak lo itu belajat terus."

"Bener kata lo Tang," ujar Risha menghembuskan napasnya lelah.

Tiba-tiba datang seseorang dan menghampiri mereka, "Risha ... lo dipanggil sama bu Rani. Katanya ngebahas soal ekskul, ditunggu di ruang guru."

Orang itu-pun pergi setelah menyampaikan pesannya.

"Mati gue." batin Risha setelah mendengar pesan dari ketua kelas.

Risha menoleh ke arah Lintang dan melihat Lintang sedang menatapnya iba.
"Sabar Ris, ini cobaan," kata Lintang menepuk bahu Risha pelan.

Risha menganggukan kepalanya yakin, setelah itu ia menuju ruang guru dengan perasaan campur aduk.

Sesampainya di sana, Risha membuka pintu perlahan dan menghampiri meja guru yang ditempati bu Rani.

"Bu Rani, ada apa memanggil saya?" tanya Risha pelan dengan merundukkan kepalanya.

"Kamu harusnya rajin ngurusin ekskul! Kalau kamu rajin, ekskul jurnal gak akan dinon aktifkan," ujar guru itu dan menatap Risha tajam, "saya itu pembina ekskul jurnal, kalu ekskul ini sampai dibubarkan ... kepala sekolah pasti turun tangan. Pokonya, saya mau ekskul ini diaktifkan kembali! Kamu paham?"

"Baik bu," jawabnya pelan.

Risha berjalan ke arah pintu dan membukanya lalu menutupnya kembali, tepat saat pintu ditutup bel pulang sekolah berbunyi.

"Gue harus nemuin Raka, sekarang!" pikir Risha dan berlalu pergi meninggalkan ruang guru.

Di tengah perjalanan, Risha menghampiri sekolompok cewek untuk mencari Raka, "Permisi, apa kalian tau sekarang Raka ada dimana?"

"Biasanya di lapangan basket, soalnya habis pulang sekolah dia latihan dulu. Kita sering ngeliat dia latihan basket," jawab salah satu cewek tersebut.

"Oh yaudah, kalo gitu makasihya," ujar Risha sambil berlalu meninggalkan mereka dan menuju lapangan basket.

Setelah sampai di sana, Risha melihat Raka yang sedang latihan basket, ia-pun duduk di bangku yang tak jauh dari lapangan itu.

Risha hanya diam memandangi Raka, ia melihat Raka yang sedang mendribble bola dan memasukkannya ke ring.

Raka mendribble bolanya dengan tenang, terlihat ia sudah mahir bermain basket, ia juga selalu memasukkan bola itu tepat ke dalam ring.

Berjam-jam Risha tunggu, latihan basket itu belum selesai juga. Ia mulai jenuh menunggu lama seperti ini.

Tak lama kemudian latihannya selesai, Raka-pun keluar dari lapangan basket. Risha yang melihat itu langsung berdiri dan menghampirinya.

"Raka."


TBC.

You Are ProofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang