☕ ~ 21

44 9 3
                                    


"Siapa cowok itu?" David bertanya kepada Risha. Pandangan, nya tertuju pada cewe yang ada di samping cowok itu. Matanya menatap tajam seolah-olah Risha telah melakukan kesalahan besar.

Mata Risha menatap ke bawah tidak ingin bertatapan dengan oniks coklat itu. "Mmm ... I-tu gebetannya Lintang," katanya dengan suara sedikit terbata-bata. "Lintang itu suka sama dia," lanjutnya yakin.

"Jauhin dia!" Perintah David tegas. Indra penglihatan, nya  tetap mengawasi Risha.

Alis cewek itu berkerut tak suka. " Gue lagi bantuin Lintang buat deketin Raka, salah?" tanyanya sarkas.

"Oh, jadi namanya Raka. Ntar gue cari. Sekali lagi lo deket sama dia abis tuh bocah!" Nada bicara David mulai tinggi tak mempedulikan lawan bicaranya yang terlihat ketakutan.

Helaan napas pelan terdengar dari mulut Risha, ia memejamkan matanya sejenak untuk mengatasi rasa gelisah. Matanya terbuka perlahan sambil bernapas lambat-lambat. "Vid, lo gabisa gini terus. Mau sampe kapan? Lo gabisa main asal pukul kaya yang biasa lo lakuin. Ini cuma masalah sepele ga seharusnya sampe mukul orang ." Satu tarikan napas keluar dari mulut Risha. "Lo, bisa, kan berubah?" Oniks hitam Risha menatap David penuh harap.

" Gue bilang jauhin ya jauhin!" Perintahnya tak ingin dibantah.

Cewek itu pasrah, memang susah merubah sifat orang. Terlebih lagi wataknya seperti itu. Mau dikasih tau seperti apapun tidak akan bisa.

"Yaudah ayo pulang," ucap Risha lesu, ia bangkit perlahan dari tempat duduk dan menuju motornya David. David mengikut, nya dari belakang serta membayar makanan mereka berdua.

Saat kedua sejoli itu sedang diperjalanan tiba-tiba saja Risha menyenderkan kepalanya ke David, ia sangat lelah hari ini. Kepalanya pusing, ntah apa yang akan terjadi nanti.

"Ris, pegangan," ucap David lembut. Motornya dijalankan perlahan. Tidak ada sautan dari Risha. Cowok itu menrubah arah kaca spion ke belakangnya. Melihat Risha yang sedang tertidur nyaman dibalik punggungnya membuat satu tangan David reflek memegang kedua tangan Risha dikaitkan ke perut cowok itu.

Dia pasti lelah.

Susunan rumah kontrakan tiga petak berjejer di depannya. Salah satu pintu dari kontrakan itu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya sedang berdiri dengan daster andalan. Yap, ibunya Risha sudah menunggu anaknya pulang. Raut kekhawatiran tampak jelas di mukanya. Lagi-lagi putrinya pulang terlalu malam, ia takut Risha tidak ada angkot atau bisa untuk pulang.

"Ris, ibu lo tuh nungguin," ujar David seraya menggoyangkan pelan tubuh cewek yang ada di belakangnya.

Mendengar suara David ia langsung bangun. Mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan. "Udah sampe?" tanyanya serak.

"Udah, tuh ditungguin ibu, lo."

Risha berusaha turun dari motor dengan pelan. Tangannya berpegangan ke David agar tidak jatuh. Nyawanya masih bekum terkumpul.

"Nak David, makasih ya udah mau nganterin Risha. Jadi ngerepotin terus ibu gaenak," ujar ibunya yang tiba-tiba sudah ada di hadapan cowok itu. "Mampir dulu ke dalam ibu buatin teh." tawarnya.

"Gausah, Bu. Saya mau langsung pulang aja."

"Ibu masuk ke dalem dulu, ya ... lagi masak. Denger suara motor nak David ibu langsung keluar. Ternyata benar dugaan ibu nak David sama Risha sudah pulang. Ibu khawatir sekali takut Risha jalan kaki sampe rumah. Kasian gaada angkot atau bus," ucapnya panjang lebar. "Nak David sekalian aja makan di sini. Ibu masak kangkung sama goreng tempe."

"Gausah, bu, makasih tadi udah makan." Cowok itu tersenyum hingga matanya menyipit.

"Oh gitu, yaudah ibu ke dalem dulu takut gosong tempenya," ucapnya dan langsung meninggalkan mereka.

Risha yang masih setengah sadar berjalan pelan ke rumahnya. Baru satu langkah mendadak tangan cewek itu dicekal oleh David. "Ibu, lo aja bilang makasih ... lo, nggak?!" Risha hanya menatap David sambil mengerutkan alis. "Gue udah traktir, lo, udah nganter, lo. Gaada ucapan apapun gitu?" tanya David.

Risha tersenyum geli mendengarnya. "Iya, iya deh. Makasih, ya udah mau jemput gue, cape-cape nungguin terus traktir gue segala." Bibirnya tersenyum tulus.

"Yaudah gue pulang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Hati-hati di jalan, ya."

David melengkung, kan mulutnya. "Iya sayang."

Pipi cewe itu bersemu merah mendengar panggilan itu dari ucapan David.


****

Sinar matahari memasuki kaca jendela kelas XI IPA 1. Seorang gadis duduk termenung sambil memainkan pulpen. Tatapannya menerawang jauh ke jendela. Jam dinding masih menunjukkan pukul delapan pagi, tapi tidak ada guru yang mengajar di kelasnya.

Drrt Drrt Drrt

Suara handphone membuyar, kan lamunannya dengan segera cewek itu mengambil benda pipih di atas mejanya.

1 pesan teks

From : Mata Panda

Ris, gue gabisa nganter, lo balik. Bokap gue masuk ICU.

Detik itu juga mulut Risha menganga lebar. Apa? Ayah David Pak Kusuma, dong. Kok bisa masuk ICU?

To : Mata Panda

Kenapa? Kok bisa tiba-tiba?

Sent.

Tak lama kemudiaan HP, nya bergetar lagi.

Serangan jantung

Risha membulatkan matanya. Kaget? Tentu saja ia tidak menyangka ini terjadi secara mendadak.

Dirawat dimana bokap lo? Ntar malem gua kesana kalo bisa.

Tiga detik setelahnya muncul sebuah balasan.

RS Husada

Risha akan kesana nanti malam ... nanti sore setelah pulang sekolah ia harus menemui Raka terlebih dahulu. Semoga saja tidak terjadi hal buruk sama Pak Kusuma.


TBC.

You Are ProofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang