"Tentu saja aku menolak, ayolah manusia waras mana yang mau pergi ke dunia yang tidak jelas itu." Haami menatapku dengan binar dimatanya. "Oh, ku rasa ada satu manusia tidak waras itu di sini."
"Ayolah Lulu, bukankah seru jika kita pergi berpetualang di dunia itu, maksudku, ya biar kita tau alasan mengapa dia sangat menginginkanmu pergi ke tempatnya." Aku menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Aami ... sudahlah aku tidak ingin berdebat, ayo kita beli bukunya lalu jemput Sabitah dan pulang."
Aku beranjak dari tempatku duduk meninggalkan Haami yang masih berusaha membujukku.
Lagian harus bilang apa pada ibu seandainya aku benar akan pergi.
***
"Lalu apa yang harus ku lakukan?"
"Cukup bujuk dia, lalu bawa dia pergi dari sini."
"Kau tau itu sulit, dia seharusnya tak pernah datang ke tempat kita, kau tau itu."
"Tapi kita harus membawanya jika kita tidak ingin musnah."
***
"Sampai jumpa Sharna, kami akan mengunjungimu kapan-kapan." Aku melambaikan tanganku ke arahnya, ia membalas dengan senyumnya yang cantik.
"Aduh, Aami lepas dong, sakit tau." Aku mencoba melepas cengkraman Haami di lenganku, sedari kami menjemput Sabitah, dia terus saja mencekal lenganku, tetapi matanya terus menatap ke arah Sabitah dengan tatapan kagum.
Aku masih heran, kenapa ibu tidak bisa melihatnya sedangkan Haami bisa.
"Lunar, aku lelah bisakah kita langsung pulang." Menoleh ke arah suara kecil itu, suara itu juga menghentikan ocehan konyol yang Haami ucapkan. Aku mengangguk ke arahnya, "Baiklah, Aami ku rasa kita berpisah di sini saja. Kalau ingin melihatnya kau boleh berkunjung ke rumah, oh tapi aku ada tes minggu depan, jadi ku rasa aku akan sedikit sibuk. Sampai jumpa."
"Ya, hati-hati Lulu dan makhluk mungil, sampai jumpa."
| 11.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fantasydaun yang berguguran, membuat semua tempat bernuansa oranye 'indah' satu kata yang dapat mendefinisikan keadaan ini seandainya aku tak datang kemari mungkin aku akan menyesal tapi ... benarkah aku tidak menyesal setelah mengetahui semua ini?