Melawan

2 1 0
                                    

Bulan yang cerah menyinari Saujana, menyebarkan ketenangannya untuk meredakan kekhawatiran para pasukan.

Saat ini aku sedang berada di balkon samping menara, sejauh mataku memandang hanya kota hancur yang terlihat, menyedihkan rasanya melihat kota yang sebelumnya terlihat sangat indah dan ramai dengan penduduk yang baik tiba-tiba menjadi sebuah tempat tak berpenghuni.

Para rakyat dipindahkan ke tempat perlindungan bawah tanah yang memang sudah disiapkan untuk situasi seperti ini.

Sebuah buket bunga muncul di hadapanku, tak bisa disebut buket sebenarnya, hanya sekumpulan bunga indah yang dijadikan satu. Aku menoleh ke arah kananku, ada Haami yang tersenyum di sana.

"Selamat ulang tahun Lulu, ku harap kau selalu bahagia." Aku menerima bunga itu sambil tersenyum. "Terimakasih." Aku memeluknya setelah itu.

Haami mengusap kepalaku, tak terasa aku kembali meneteskan air mataku di pundaknya, entah sudah berapa kali aku menangis sejak pergi ke sini, ia selalu menjadi orang yang ada untukku, ku rasa akupun telah jatuh cinta padanya.

"Aku merindukan ibu, ku harap ia baik-baik saja di bumi. Biasanya kami akan membuat kue bersama sekarang ini." Suaraku tertahan karena aku masih membenamkan kepalaku di dada Haami.

Suaranya yang menenangkan kembali terdengar. "Aku yakin, bibi pasti baik-baik saja. Mari kita selesaikan ini lalu kita kembali dan merayakan ulang tahunmu bersama bibi. Kita akan membuat kue bersama, denganku juga. Jangan sedih ya, ada aku di sini. Aku akan selalu ada untukmu."

Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

| 41.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang