The Truth

4 1 0
                                    

"Oh, perkenalkan aku Sada." Ia mengulurkan tangannya ke arahku dan kuterima dengan senang hati. "Aku Lunar, dan ini sahabatku Haami. Kau bisa memanggilnya Aami."

"Eh, panggil saja aku Haami. Kamu ini kenapa sih suka sekali dengan panggilan itu."

Sada terlihat bingung lalu tertawa kecil, aku menatap ke arah Haami, "Aduh, itu lucu tau."

Sebenarnya kami cukup sering bertengkar karena hal ini. Dulu saat pertama kali dia marah adalah saat SMP, saat aku memanggilnya dengan 'Aami'. Ia menghampiriku lalu marah-marah padaku, katanya dia ditertawakan temannya karena menurut temannya itu adalah panggilan untuk perempuan, tapi ku bilang saja pada Haami, itukan panggilan khusus dariku. Akhirnya ia hanya menerima sih, mana mungkin dia bisa marah lama padaku.

"Sudahlah, kalian pasti lelah. Bita antar mereka ke kamar ya, Kakak akan menyiapkan makan malam."

Sabitah mengangguk dengan semangat kemudian mengajak kami ke lantai atas. Sebenarnya aku tak melihat banyak perbedaan antara dunia ini dengan bumi, selain makhluknya yang beragam ku rasa itu sama.

Kami tiba di depan lorong yang terdapat lima pintu, kami berhenti di pintu pertama.

"Nah, kalian bisa menggunakan kamar ini, terserah pembagiannya bagaimana. Aku akan membantu kakakku memasak." Kemudian Sabitah meninggalkan kami yang masih berdiri di sana.

"Aku akan istirahat dulu." Pamit ku pada Haami.

"Ya, selamat beristirahat." Ia mengusap kepalaku, aku tersenyum sebagai balasan.

| 18.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang