6. Bantuan

3 1 0
                                    

"Kumohon. Bertahanlah." Haami mencoba untuk menghangatkanku, tapi suhu disini sangat dingin.

Seharusnya tadi kami tidak berpencar, Sabitah entah dimana peri baik hati itu. Ku harap ia baik-baik saja.

Kami belum mengecek keadaan di luar setelah memasuki goa ini. Entah badai telah berlalu atau belum, yang pasti adalah cuaca saat ini sangat dingin.

"Aami, bagaimana kalau kita tidak selamat. Apa kau menyesal menemaniku kemari?" Aku menyandarkan tubuhku pada tubuhnya.

"Tak apa, asal kita bersama sudah cukup untukku. Kau tau bukan sedari kecil aku tak pernah melihat rupa orang tuaku. Nenek yang merawatku telah berpulang, aku hanya memiliki dirimu sekarang. Lunar, aku tak berharap lebih padamu, hanya jangan tinggalkan aku ya. Aku tak pernah menyesal kemari, karena dapat mengetahui jati diriku yang sebenarnya bersamamu."

Aku tersenyum mendengarnya. Tapi aku merasa sesuatu yang berbeda dari Haami.

"Aami, tubuhmu menghangat." Aku menjauhkan diriku dari dekapannya dan menatapnya.

Haami belum menemukan kekuatan apa yang ia dapat setelah mendapatkan sayap dari moon goddes saat itu.

Haami memfokuskan dirinya, mengarahkan aliran sihirnya ke kedua tanganya, tak lama api tercipta dari tangan itu. Kami saling memandang dan tersenyum.

Haami menyudahi kegiatannya kemudian memakaikan mantel yang ia pakai kepadaku. "Kau tunggu di sini ya, aku akan mencari kayu untuk membuat api unggun sembari menunggu bantuan."

Aku mencekal lengannya, Haami menoleh padaku. "Hati-hati," ujarku.

Haami mengusap rambutku dan tersenyum, "Ya, aku tak akan lama."

Hening setelahnya, aku merasa pipiku menghangat. Oh sekarang aku harus apa, hanya menunggu? Ya kurasa seperti itu saja, keadaanku juga tak memungkinkan untuk membantu Haami, semoga ia cepat kembali.

| 30.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang