"Bagaimana keadaannya?"
"Beruntung lukanya tidak terinfeksi, lukanya akan menutup sebentar lagi, kau tenang saja. Ia akan segara pulih."
Aku mengerjapkan mataku, aku melihat Haami yang terduduk di samping kasur menatapku.
Aku berusaha bangun, tetapi Haami menahanku.
"Bagaimana keadaan Sada?" tanyaku.
Haami hanya menggeleng pelan, kemudian air mataku mulai mengalir semakin deras. Haami memelukku menenangkanku.
"Dia sudah seperti kakak bagiku, dan sekarang aku harus kehilangan sosok sepertinya. Andai aku menyadari panah itu, pasti ia tak akan meninggal, ini salahku Mi." Aku meraung di balik bahunya.
"Tidak tidak ini bukan salahmu, ini takdir Lu. Bukan salah siapapun, jika ada yang harus disalahkan saat ini adalah Mara, dia yang menyerang kita."
Aku mengernyitkan dahi. "Siapa Mara?" Aku melepaskan pelukannya.
Haami mengusap air mataku. "Dia, saudari dari Taryn, tetapi ia salah mengambil jalan. Ia iri karena Taryn dapat memimpin kaum peri musim gugur. Ia berencana untuk menguasai Saujana."
Aku terdiam, memahami apa yang Haami ucapkan.
"Lalu, dimana Sabitah?"
"Dia sedang menyiapkan pemakaman Sada."
"Ayah dan ibu? Apa mereka sudah tau?"
Mata Haami menyendu kala aku mengucapkannya, "Lulu, ayah dan ibu, mereka–"
Aku memasang wajah tak percaya. "Tak mungkin kan, Haami jawab aku, katakan padaku bahwa ini semua adalah kebohongan. Bagaimana perasaan Sabitah sekarang. Aku yang hanya beberapa hari bersama mereka saja sudah merasa sehancur ini." Aku mengguncangkan tubuh Haami.
"Sayangnya ini kenyataan Lunar, kau harus bisa menerimanya, kita harus menguatkan Sabitah."
Haami benar, kami di sini untuk melindungi para peri, menghibur Sabitah. Aku tak boleh lemah.
| 36.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fantasidaun yang berguguran, membuat semua tempat bernuansa oranye 'indah' satu kata yang dapat mendefinisikan keadaan ini seandainya aku tak datang kemari mungkin aku akan menyesal tapi ... benarkah aku tidak menyesal setelah mengetahui semua ini?