Bantuan

4 1 0
                                    

Kami tiba tak jauh dari goa tempatku bersembunyi tadi, pantas saja tak terlihat, karena memang tertutup oleh seluruh salju.

Tempat itu terletak diantara rimbunan pohon besar, dengan pintu putih dan cat putih, atau lebih tepatnya memang terbuat dari salju.

Kami masuk ke dalam, cukup lengkap untuk sebuah tempat persembunyian. Ada perapian, kursi, meja, dapur, tempat tidur.

Haami meletakkanku di atas tempat tidur, dan ia duduk di sebelahku, kemudian membuka ikatan yang menutupi bekas gigitan cerberus tadi.

Rasanya sangat menyakitkan omong-omong, oh aku sampai dapat melihat tulangku dari sini.

"Syukurlah tulangnya tidak mengalami kerusakan, tapi luka ini perlu dijahit." Haami berujar seraya melihat-lihat lukaku.

Sabitah datang membawa sebuah mortir. "Sebenarnya lebih mudah jika ada medis dari kaum peri, hanya perlu beberapa saat untuk menutup luka itu. Aku hanya mengetahui obat ini untuk meredakan nyerinya."

"Ini taruh saja pada lukanya." Aku membelalakkan mataku, apa katanya diletakkan di luka, oh tidak mungkin itu sangat menyakitkan. Ibu ....

"Hah, kita harus segera kembali secepatnya kalau begitu," ucap Haami.

"Cuaca belum menentu sekarang, aku merasa bahwa akan ada badai susulan sebentar lagi. Dan jalan yang kutahu sudah tertutup oleh badai salju tadi, aku juga masih belum tahu bagaimana kabar para ksatria dan kakakku." Sabitah mendudukkan dirinya di bangku dan menundukkan kepalanya.

Selesai dengan perban di kakiku Haami memberikan air untukku dan Sabitah.
Haami menepuk bahu Sabitah perlahan. "Tenanglah, Sada itu kuat. Ia pasti sudah kembali dan mencari bantuan untuk kita."

"Aku tahu," ucap Sabitah. "Lunar lebih baik kau tidur saja, kami akan membangunkanmu saat bantuan datang." Aku mengangguk, memang aku merasa sedikit pusing sekarang.

| 33.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang