The Truth

3 1 0
                                    

Dalam gelapnya malam, sebuah cahaya datang menghampiri kedua makhluk yang sedang tertidur itu, tak lama sebuah cahaya terang menyinari tubuh mereka berdua, tak lama cahaya tersebut meredup meninggalkan kedua makhluk tersebut.

Aku terbangun karena mendengar sebuah teriakan dari kamar di seberang kamarku, yang berarti teriakan tersebut berasal dari kamar Haami. Aku tak tau ini jam berapa, yang ku tahu dari langit yang dapat ku lihat dari jendela, dimana gelap masih menguasai, kurasa ini sekitar dini hari.

Aku bergegas keluar kamar dan memasuki kamar Haami, di sana sudah ramai oleh keluarga Sabitah.

"Ada apa ini?" tanyaku pada Sabitah, omong-omong tinggi kami sama sekarang. Sabitah menoleh, kemudian ia membelalakkan matanya. "Kau juga?"

Yang lain segera menoleh padaku, aku memasang raut bingung. "Apanya yang juga?"

Sabitah menuntunku ke sebuah cermin, di sana aku melihat seorang gadis dengan dengan rambut sebahu berwarna hitam, telinga runcing, mata almond yang cerah serta sebuah sayap yang menempel di punggungnya, terlihat seperti sebuah sayap kupu-kupu yang indah dengan warna gradasi antar biru dan merah muda.

Aku mengarahkan tanganku memegang bayangan yang ada di dalam cermin. "I-ini, apa yang terjadi padaku?"

Aku berjalan ke arah Haami, di punggungnya juga terdapat sebuah sayap berwarna cokelat dengan aksen emas sebagai polanya, telinganya juga berubah. "Aami, kau juga."

Haami menarik tanganku untuk duduk di sampingnya, ia berusaha menenangkanku yang panik, padahal aku tahu ia juga sedang kebingungan sekarang. Ia memelukku sambil mengusap punggungku, air mataku perlahan-lahan menetes membasahi bahu lebarnya.

"Kalian bisa beristirahat terlebih dahulu, besok kami akan menjelaskan apa yang terjadi pada kalian." Ayah Sabitah membuka suaranya, kemudian ia mengajak keluarganya untuk keluar, meninggalkanku dan Haami.

| 19.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang