Saujana

Awal

"Apa yang kalian bicarakan, serius sekali." Aku berjalan keluar dari kamar mandi yang berada di kamarku sambil mengeringkan rambutku, kemudian aku duduk di sofa sebelah Haami yang sedang berbincang dengan Sabitah.

"Ada apa kau pagi-pagi kemari?" tanyaku sambil melihat ke arah Haami.

"Kan kau sendiri yang bilang kalau aku ingin melihat Sabitah aku bisa datang ke rumah, dan kau bilang kau akan melaksanakan tes minggu lalu jadi aku baru ke sini hari ini. Oh ya Bibi pergi bersama temannya, ayo sarapan."

"Ey, kenapa jadi seperti kau yang punya rumah." Aku menggelengkan kepala heran, lalu aku menoleh ke arah Sabitah yang tersenyum. "Ada apa? Kau mau makan apa hari ini?"

"Tidak, eum ... tomat kurasa enak." Sabitah terbang ke arahku dengan sayap kecilnya yang bercahaya, ia kemudian bertengger di atas kepalaku. "let's go."

Aku tertawa kecil mendengarnya, kemudian berjalan ke bawah menyusul bocah tidak tau diri itu.

***

"Lulu."

Aku berdehem tanpa menoleh ke arah Haami, fokus menonton drama yang sedang tayang di tv bersama Sabitah.

"Kau benar-benar tidak ingin pergi ya?" Kali ini aku menatapnya, aku tau dia berusaha membujukku sekarang, tapi— "Ayolah, sekali saja, sebentar saja lalu kita kembali, untuk mengisi liburanmu juga. Toh kau tidak ada rencana bukan selama liburan? Hanya sebulan."

Aku membelalakkan mataku. "Sebulan katamu, gila ya kau, yang ada aku di usir dari rumah oleh ibu." Aku menoyor kepalanya.

"Aduh, kan bersama aku, bibi tidak akan marah, ya, ya." Dia memohon sambil mengguncangkan lenganku, dia ini kenapa jadi manja sekali sih sekarang, aku mendengus kesal. "Biar ku pikirkan dulu, besok ku beritahu jawabannya."

"Yes." Mereka berdua bersorak kecil, lucu sekali seperti melihat seorang ayah dan putrinya, eh– pipiku bersemu merah setelah itu.

| 13.